Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berbagai Dendam

11 September 2018   03:06 Diperbarui: 11 September 2018   03:22 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbagai dendam dikalangan para pemimpin bangsa Indonesia bisa terlihat sering begitu nyata, walaupun sebagai orang Indonesia sering juga berusaha untuk tidak terlihat secara terang-terangan sekali.

Antara Megawati dan SBY,  SBY dan Prabowo. Yang terakhir sepertinya seakan-akan digerakkan atau dipamerkan, antara SBY dan Demokratnya kontra Prabowo dan Gerindranya, karena Putra Tercinta SBY tidak jadi cawapres seperti yang telah 'disepakati' semula. Resminya Demokrat jadi mendukung capres Prabowo/Sandiaga, tetapi gerakan partai Demokrat di daerah-daerah malah pro Jokowi. 

Nuansa dendam-dendam ini bisa kita ikuti di Indonesia terutama sekali dalam bulan-bulan terakhir menjelang pilpres yang akan datang ini.

"the taste of revenge is wonderful". . . ha ha . . . demi kepentingan nasional Indonesia? Ah tidaklah . . . karena ini adalah penanganan yang berat sebelah antara kepentingan perorangan kontra kepentingan bangsa atau kepentingan nasional NKRI.

Tetapi siapakah gerangan yang bisa menangani kontradiksi antara dua kepentingan ini sehingga tidak berat sebelah atau seimbang?

Wow . . . pertanyaan berat.

Kelebihan dan kehebatan pak Jokowi dalam soal dendam ini ialah dia bisa mengutamakan atau menyisihkan energinya demi kepentingan bangsa, kepentingan nasional bangsa Indonesia. Diluar itu dia bisa katakan 'rapopo', dalam kenyataan dan dalam kehidupannya sehari-hari. Luar biasa memang pemimpin satu ini  . . tetapi kita baru mengerti setelah hampir 4 tahun kepemimpinannya. 

Mari kita ingat pak Jokowi dalam soal dendam ini untuk selama-lamanya. Dikalangan pemimpin kita hanya beliaulah yang bisa ditunjuk sebagai contoh yang luar biasa dalam soal dendam ini. Malah banyak 'musuhnya' dijadikan sahabat dan kerja sama.

Dendam lama orang-orang anti komunis dilampiaskan 1965. Disini juga bukan untuk kepentingan bangsa, tetapi untuk kepentingan orang luar yang sekarang kita namai kum neolib/NWO yang sengaja mengadu domba demi jalan mulus ke SDA yang kaya itu. SDA kita hampir habis dan setelah triliunan dolar mengalir ke kantung orang-orang neolib/NWO itu, dan Soehartopun sudah jadi tua, kemudian mati, tetapi nation Indonesia semakin muda dan tumbuh membesar dan lebih pandai. Dan dalam abad 21 telah berhasil menyimpulkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahan masa lalu, terutama dari segi PENGETAHUAN. 

Soal mana yang selama ini TERTUTUP akibat brainswashing dan mind control yang sudah berumur 170 tahun sejak Manifesto Partai Komunis Marx 1848. Jadi tahun ini genap 170 tahun pembodohan kita itu. 

Tetapi bukan hanya kita, seluruh rakayat dunia. Pembusukan otak ini (mind control dan brainwashing) setelah tiba era internet, lama-lama tertelanjangi dan publik dunia pun semakin mengerti soal pembusukan otak yang sudah sekian lama itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun