Mohon tunggu...
M U Ginting
M U Ginting Mohon Tunggu... -

penggemar dan pembaca Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Praktek Revolusi Mental Jokowi

30 Oktober 2017   00:14 Diperbarui: 30 Oktober 2017   00:30 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden Jokowi dalam menyambut acara HUT ke-58 ormas Pemuda Pancasila di Solo (28/10) mengingatkan kepada semua anak bangsa untuk mewaspadai usaha dari pihak tertentu untuk memecah belah NKRI, menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi lain. 

Penjelasan dan peringatan presiden Jokowi mempunyai arti yang sangat mendalam dan berjangka panjang, tetapi juga mempunyai arti yang sangat praktis dalam menanggulangi kesulitan yang dihadapi bangsa kita sekarang ini,  terutama dari segi politik perpecahan yang sengaja dilancarkan dari pihak-pihak tertentu, dan yang maksudnya jelas menguasai atau menggantikan kekuasaan di RI dengan kekuasaan pakai ideologi lain selain Pancasia. Presiden Jokowi mensinyalir adanya cara halus dan licik yaitu dengan indoktrinasi pakai cara bagus dan modern lewat media sosial. Lihat di sini

Pengalaman abad lalu dengan kekerasan dan teror, seperti 1965, semakin tidak masuk akal untuk diteruskan dalam rangka divide and conquer  dizaman sekarang di Indonesia. Karena itu untuk mengacau dan merebut   kekuasaan RI dan menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi fasis atau ideologi lain, dipakai cara baru seperti disebutkan presiden Jokowi di Solo itu. Ini dijalankan lewat media sosial, media publik yang sangat tersebar luas di Indonesia. 

Media sosial ini dipakai karena MSM (Main Stream Media) sudah jauh lebih ketinggalan popularitasnya dikalangan publik. Berlainan dengan di AS dimana MSM milik neolib internasional masih mendominasi publikasi masyarakat, dan masih dipakai terutama dalam bikin hoax atau fake news memecah belah publik AS. Karena itu juga Trump bilang kalau MSM fake news itu adalah 'the enemy of  American people'. CNN dia sebut sebagai FNN (Fake News Network).

Fake News (hoax) sudah sempat juga dipakai dengan 'lancar' di Indonesia belakangan ini, seperti dalam gerakan Saracen, 411, 212 + berbagai Alumninya. Disini juga telah dipakai media sosial, bukan MSM. Tetapi semua gerakan ini ternyata dengan tangkas dan sigap telah digagalkan oleh pemerintahan Jokowi terutama atas bantuan aparat kepolisian dibawah pimpinan Kapolri Tito. Penggeraknya banyak ditangkap atau jadi buron. 

Kegagalan-kegagalan gerakan ini kemudian disimpulkan oleh pemerakarsa divide and conquer internasional itu dan mengubahnya sekarang dengan cara seperti yang dengan tepat disinyalir dan digambarkan oleh presiden Jokowi dalam pidatonya di Solo itu: Yaitu pakai indoktrinasi halus, bagus, menarik dan meyakinkan, dengan video dll, dan lewat media sosial. Ini semuanya dalam rangka untuk menipu dan mengelabui sebagian publik untuk diajak memecah belah bangsa, jelas sebagai lanjutan gerakan Saracen, tujuan mengacau dan meruntuhkan NKRI, dan mengubah Pancasila sebagai ideologi negara.

Revolusi Mental Jokowi bisa tepat pemakaiannya disini, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan kesedaran,  dan menjawab pertanyaan: mengapa saya diindoktrinasi dengan cara halus dan menyenangkan itu, dan untuk apa? Saya ini mau digiring kemana?

Dalam gerakan, 411, 212 dan Saracen  sudah jelas mau digiring kemana, dan sudah gagal total juga semuanya, dan sekarang mau dicoba dengan cara lain lagi (indoktrinasi tingkat tinggi). Tetapi dengan meningkatkan pengetahuan dan mendalami informasi yang lebih luas, berarti kita meningkatkan kesedaran mental, dan itulah praktek revolusi mental. 

Disitulah pentingnya revolusi mental ini, sebagai non-violent revolution, yang terlihat sangat tepat dalam menghadapi dunia yang semakin penuh dengan penipuan dan juga kekerasan. George Orwell dalam bukunya '1948' mengatakan: "In times of universal deceit, telling the truth is a revolutionary act".

Sekarang ini memang zamannya, sedang tersebarnya universal deceit itu. Deceit dengan terorisme, narkoba, sexual exploitation, dengan hoax dan fake news. Terrorisme untuk akumulasi duit seperti ISIS menjarah miliaran dolar dari SDA Syria dan Irak. Juga di Indonesia dengan teror 1965 oleh neolib internasional telah berhasil mengeruk triliuan dolar dari SDA Indonesia selama setengah abad tanpa suara. Terrorism untuk mencapai tujuan 'world hegemony' seperti yang pernah dikatakan oleh prof Chossudovsky.

Duit, duit, duit . . . the dung of the devil (Paus Fransiskus), Greed and Power, dengan filsafat terkenal 'siapa menguasai duit atau aliran duit dia menguasai dunia'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun