Mohon tunggu...
ikhsan Hokage
ikhsan Hokage Mohon Tunggu... Atlet - Hobi menulis

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Dipaksa Memilih Kedua Agama Orang Tuaku

2 Juni 2019   02:12 Diperbarui: 2 Juni 2019   02:24 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya tidak nak. Kitab kita paling suci dan paling berbeda kitab-kitab agama yang lain. Karena kitab mereka tidak bisa di perbaruhi dan mereka selalu mengodapsi kitab kita." Sambil melotot matanya menjawab seperti itu.

Dengan jawaban itu, di dalam hati saya mulai ragu dengan kemuliyaan si Pastor. "Mohon maaf yang mulia, bila pertanyaan itu menyakit hati pajenengan. Saya hanya ingin dan kedua orang tua saya. Berbeda agama dan saya harus memilih agama Ibu atau Ayah." Jawabku dengan lembut.

Kemudian Si Pastor dengan lembutnya dia berbicara dan merayu saya. Dengan muka yang memelas dan mengiming-mengiming kehidupan mereka, dengan popularitas mereka. Laluh pastor itu berbicara dengan lembut. "Meding kamu ikut Agama ibumu. Karena Agama ibumu tidak pernah melanggar. Dan sedangkan  agama Ayahmu sering melanggar, bahkan jahat secara kemanusiaan." Jawab si Pastor itu. Seolah menykinkan aku. Aku ikut dengan mereka.

Namun hatiku sudah sakit. Ketika si Pastor menjawab pertama kali pertanyaan saya. "Mohon maaf yang mulia, saya pikir-pikir dan ku tanyakan ke Ibu saya dulu." Jawabku sambil cuek melihat muka dia dan seorang Tokoh agama kok... bisa menjelekan agama lain.

"Saya pamit dulu yang muliya. Semoga tuhan Yesus senantiasa memberikan jalan untuk anda dan saya. Dengan  ini semoga bertemu ini. Kita bisa ketemu lagi di sini." Sambil ku pamit seperti itu saya mencium tangan si Pastor itu. Tapi diriku masih ragu dengan ke angkuhan Si Pastor itu dan jawaban yang tidak enak di dengar di telinga saya.

Setelah ku bersalaman dengan si Pastor itu. Aku menujuh ke tempat Tuhan Yesus dan Bunda Mariya. Ku coba sambil melihat isi hati Rohani saya. Waktu ku melihat si patung Tuhan Yesus aku merasa tidak tega melihat kisah ya. Apakah ini tuhan saya. Yang dikatakan pastor agama lain jahat, sedangkan Tuhan saya di pasung dan tidak selayaknya pri kemanusian." Pikiranku sambil aku ragu dengan Agama ibuku.

Sembilku berpikir merenung di gereja dan duduk. Tidak ada jawaban dan semakin ragu dengan Agama Ibuku ini ." Ya Tuhanku, Kalau memang benar Agama ibuku. Datangilah diriku waktu tidur di tengah malam, kalau Agama Ayahku salah tunjukanlah dengan mimpi-mimpiku datang kepadaku. Ya Tuhanku." Sambil berdoa, ku ucapkan lantang seperti itu.

Setelah doaku selesai dan sambil menangis air mataku menetes ke pipiku. Aku langsung pulang ke rumah dan tidur sejanak. Dan berharap Tuhan Yesus datang ke mimpiku sambil menunjukan Agama ibuku. Pada waktu itu, aku tidur sejenak jam dua belas siang di Kamarku. Sambil aku berdoa dengan ucapan kedua agamaku "Bismikallahuma Akhiya wabbis mika Amut" doa Agama Ayah, Doa Agama Ibu "Semoga Tuhan Yesus selalu memberikan petunjuk tentang kehidupanku."

Setelah aku berdoa dalam kamarku. Hampir sekitar satu jam. Tiba-tiba ada cahaya yang datang kepadaku. Namun, cahaya itu begitu cepat dan berjalan ke tempat yang saya tidak tahu dan tak mengerti tentang tempat itu. Banyangku tempat itu seperti kubus yang berbentuk kotak dan lingkari orang-orang dengan  mengucapkan "Labikalllah Huma Labbaik". Tiba-tiba tak tahu hatiku menanggis seolah-olah aku banyak dosa. Sampai-sampai di dalam mimpiku ku menjerit." Tuhanku, Apa in?tempat Apa ini Tuhan? Kok bisa aku menanggis seperti ini Ya Tuhan" jeritku di dalam mimpiku.

Tiba-tiba cahaya itu mengucapkan dengan suara keras "Inilah Agama Ayahmu, tempat yang paling mulia dari pada tempat yang lainnya" suara itu lantang dan saya ketakutan. Pada akhirnya saya bangun dan binggung dimana tempat itu. Seger bergegas mencari Ayahku.

******************************

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun