Mohon tunggu...
Inovasi

Antisipasi Krisis dengan Hemat Air

22 Januari 2016   17:34 Diperbarui: 22 Januari 2016   18:44 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Pelipus Libu Heo

Anomali cuaca di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dewasa ini sangat ekstrim. Musim kemarau yang panjang, Hujan tak menentu, hari ini hujan lalu satu dua minggu lagi baru hujan. Hal ini, bisa diperkirakan tahun depan akan banyak daerah di NTT yang mengalami krisis air. Dampak nya saat ini masyarakat (petani) terancam gagal  tanam dan gagal panen. Hampir semua kabupaten kota di NTT  sudah merasakan kekeringan dan krisis air bersih. Dimana-mana, ketika berjumpa dengan petani hanya mengeluh tanaman layu dan mati karena hujan yang tak kunjung datang.

Masyarakat yang terkena dampak tersebut adalah mayoritas masyarakat yang bermukim di pesisir pantai dan atau pegunungan yang mana sangat bergantung akan besarnya curah hujan. Musim kemarau, Mereka sangat kesulitan air bersih sehingga dalam memanfaatkan cadangan air sangat berhati-hati. Bagaimana tidak, Air untuk minum saja sudah susah apa lagi untuk mandi dan cuci. 

Rupanya kondisi ini telah menyatu dengan masyarakat,. Masyarakat menyiasati dengan menyiapkan langkah-langkah darurat untuk bisa memperoleh air bersih dalam jumlah yang cukup. Seperti pada setiap rumah memasang talang pada atap rumah untuk di alirkan ke bak-bak penampung yang telah disediakan. Begitu hujan turun, mereka akan bilang Horee...'sumber aer su dekat' (sumber air sudak dekat). Kita bisa mandi dan cuci walau menggunakan air hujan.

Muncul kekuatiran dari masyarakat akan bahaya air hujan yang di manfaatkan langsung. Secara kasat mata, tentu tidak aman. Ketika berada dalam bak penampung terlihat ada banyak endapan material. Ini menandakan bahwa dalam air hujan mengandung banyak materisl yang terbawa saat hujan seperti debu, gas polutan serta material lain. Hal ini, tentu berbahaya bagi kesehatan manusia.

Gas polutan dimaksud seperti C02 dan H2S terbawa dan mengikat dalam bentuk uap air lalu kembali ke bumi dalam bentuk air hujan. Sumber terbesar gas tersebut berasal hasil aktifitas manusia, dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dan pabrik,  sampah plastik yang di bakar. Itulah sebabnya pemerintah melarang masyarakat membakar sampah terutama sampah plastik. Melarang membuang sampah ke laut, sungai dan atau sumber mata air akan mencemari lingkungan perairan.

Dalam mengantisipasi kekeringan, kita mengetahui pemerintah daerah membantu masyarakat di musim kemarau dengan menyuplai air bersih lewat mobil tanki di daerah tertentu. Namun tidak semua daerah, Lalu bagaimana di musim hujan dimana masyarakat bermodalkan air hujan? Perlu ada sosialisasi dari pihak teknis baik dari pemerintah maupun unsur swasta sehingga tidak muncul penyakit jangka panjang yang kelak dapat mengancam jiwa manusia.

Mencermati curah hujan yang semakin hari semakin menurun, saatnya kita menghemat dan bijak dalam memanfaat air. Beberapa langkah praktis yang dapat kita lakukan. 1. Siapkan terpal atau bak penampung air, begitu hujan turun kita dapat menampung air secukupnya. 2. Setiap menggunakan air sebisa mungkin kita hemat seperti mandi dan cuci seperlunya. 3. Jaga dan peliharalah sumber mata air dengan tidak membuang limbah atau sampah ke dalam sumur, sungai, danau, waduk, laut atau sumber mata air lainnya. 4. Tanam dan rawatlah pohon di rumah atau kebun sebagai langkah menyiapkan cadangan air tanah. 5. Buatlah lubang resapan air di rumah atau kebun supaya air lebih mudah masuk kedalam tanah. Trims #PLH

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun