Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mencari Batas Kesabaran

23 Juli 2016   01:28 Diperbarui: 23 Juli 2016   01:46 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
umber gambar : https://draguscn.files.wordpress.com/2012/08/

Aku,
Menggeliat dililit bara amarah.

Bara itu menggelinding cepat tanpa perduli pijakan elevasi. Menyentuh mata kaki. Menyusup ke setiap sendi. Mengalirkan arus panas ke segenap pembuluh.

Dibakarnya hatiku
Didobraknya setiap katup bilik jantungku
Diteriakkannya aliran darah agar berpacu makin cepat ke ubun-ubun.

Bara itu menyusup ke hati dan jantungku. Dijadikannya sekutu. Mereka bergerak. Menyumbat setiap pembuluh otak sehingga daya nalar dan kendali diriku terengah-engah.

Diserukannya pemberontakan di ruang realitas. Anehnya dibiarkannya geraham tegang mengatup. Dibiarkannya kata-kata hilang ditelan deru nafas.

Olehnya aku tersesat di rimba duga. Dijadikannya aku budak yang dungu. Menyembah sisi gelapku sendiri.

Aku berusaha melepaskan diri dan berlari. Mencari lubang-lubang udara dan tangga cahaya.

Aku percaya di ujungnya ada batas kesabaranku menunggu. Berharap ia menarik tubuhku dari ruang bara amarah. Aku tidak ingin hangus dalam kesia-siaan!

------

Pebrianov23/07/2016 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun