Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasiana 2017 Mendayung Slogan Baru dan Perginya Bidan Pepih

3 Januari 2017   00:21 Diperbarui: 3 Januari 2017   13:42 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; kompasiana.com

Kompasiana memasuki tahun 2017 membawa dua hal baru. Pertama, adanya slogan baru yakni "Beyond Blogging". Kedua, Kang Pepih secara resmi bukan lagi boss di Kompasiana. Dengan dua hal baru tersebut disadari atau tidak, kedepannya, Kompasiana akan berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Bahkan (mungkin) dibandingkan Kompasiana tahun2016 yang baru saja berlalu pun akan berbeda.

Mungkin sesuai pepatah klasik ; Tak ada yang abadi di dunia ini selain perubahan. Demikianlah di Kompasiana tak ada yang abadi, memasuki tahun 2017 secara substansi dan resmi bergerak menuju perubahan.

Selamat tinggal "Sharing and Connecting", Selamat datang "Beyond Blogging"

Sebuah slogan bagi suatu lembaga memiliki arti penting. Slogan bukan semata sebagai pemanis bibir, bukan hanya kosmetik mempercantik tampilan, atau bukan pula hanya brand abal-abal untuk mengejar 'gaya'. Slogan punya arti yang mendalam, membentuk jiwa lembaga tersebut. Dengan slogan itulah lembaga sebagai kumpulan orang bekerja dengan satu visi yang sama, membentuk tujuannya yang sama dan menargetkan hasil yang sama. Dengan slogan itu pula lembaga itu mencitrakan dirinya dan menebarkannya ke banyak orang di luar batas administratif lembaga untuk menjadi bagian dari lembaga itu.

Slogan lama Kompasiana "Sharing and Connecting" menjadi Roh Kompasiana masa lalu. Slogan itu bukan hanya milik pengelola Kompasiana, tetapi telah menjadi bagian seluruh pembaca dan penulis Kompasiana.

Bicara tentang Kompasiana, maka unsur "Sharing and Connecting" disadari atau tidak turut serta didalamnya. Dengan adanya slogan itu maka terciptalah Sharing and Connecting didalam sesama keluarga besar Kompasiana diluar batas administratif kepengelolaan. Hebatnya Slogan ini mampu menjadi perekat para Kompasianer yang jumlahnya ribuan orang/akun. Interaksi yang terjadi bukan semata hanya terbatas pada bersautan komen di dunia maya, melainkan membentuk turunan komunitas-komunitas yang beraktivitas Sharing anda Connecting di dunia nyata.

Pertanyaannya kemudian ; "Mengapa slogan "Sharing and Connecting" yang sudah indentik dengan Kompasiana dan mampu menjadi Roh bagi semua Kompasianer itu harus diubah/berubah? Apakah ada yang salah?

Menjawab pertanyaan ini "mudah-mudah sulit". Jawaban secara pasti tentunya ada di internal pengelola Kompasiana. Kita diluar batas pengelola Kompasiana hanya bisa menerka-nerka saja tentang sebab dan dinamika yang terjadi didalamnya.

Secara positif thinking dengan melihat fenomena umum dan teori klasik hendaknya kembali ke adigium ; "Hal yang pasti adalah ketidakpastian", maka permakluman pun bisa didapatkan. Artinya, banyak kemungkinan bisa dihadirkan untuk "merasionalisasikan" jawaban secara elegan.

Lembaga modern akan selalu mencari trobosan-trobosan baru ditengah-tengah kemapanan yang dimilikinya. Bila terlelap dengan kemapanan itu makan lonceng kematian hanya tinggal masalah waktu.

Kecepatan perkembangan dunia teknologi dan informasi serta tuntutan dinamika masyarakat "pemamah biak informasi berikut sensasinya" menjadi "sangat kejam" bila sejak awal tidak diantisipasi oleh sebuah lembaga informasi. Contoh ; Koran cetak yang tidak berinovasi ke koran digital dengan beragam Fitur pengayaan dirinya akan mati pelan-pelan. Contoh lain; Konon produk Hp Nokia yang meraksasa akhirnya rontok juga karena keras kepalanya hanya mau pakai sistem operasi syimbian dan tidak mau berinovasi ke sistem android. Slogan "Connecting People" Nokia pun tinggal kenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun