Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Mengapa Tim Kampanye Pilpres Tidak "Melirik" Entitas Sepak Bola Nasional?

27 Januari 2019   12:47 Diperbarui: 29 Januari 2019   10:33 5806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : tribunnews.com

sumber gambar: kompas.com
sumber gambar: kompas.com
Kaitan Sepabola dengan Ekonomi dan Kesejahteraan

Selama ini kampanye Pilpres lebih banyak bicara ekonomi mikro. Janji menaikan harga hasil pertanian-perkebunan-nelayan. Janji menurunkan harga bahan pokok. Janji brokrasi yang bersih, dan lain sebagainya.

Dalam materi kampanye pilpres, bidang ekonomi bagai jadi panglima. Namun dipandang 'hanya' sebagai kegiatan dan barang yang sifatnya konvensional.

Padahal sepakbola juga memiliki potensi besar untuk menggerakkan ekonomi. Dengan jumlah 77 persen penggila bola akan banyak melibatkan simpul-simpul penggerak ekonomi rakyat. Mulai dari industri usaha kecil dan menengah (UMKM), indutri kreatif (jasa), industri konstruksi, industri pengembangan sumber daya manusia, kesehatan, dan lain sebagainya.

Di negara maju seperti di benua Eropa dan Amerika, sepakbola telah menjadi industri besar yang dikelola secara modern dan profesional. Putaran uangnya sangat besar. Selain itu, industri sepakbola mampu mengharumkan nama negaranya.

Bila dilihat dari potensi pasar di dalam negeri mereka sebenarnya masih kalah dengan negra kita dari segi jumlah penggila sepakbola. Itulah mengapa mereka "mengekspor hegemoni" sepakbolanya ke negara lain yang gila bola. 

Munculnya komunitas fans klub bola eropa di negara kita, seperti komunitas fans klub Barcelona, Real Madrid, Juventus, AC Milan, MU, Arsenal dan lain-lain merupakan bagian hegemoni tersebut.

Padahal potensi pasar dalam negeri kita sendiri saja sangat luar biasa--dengan jumlah penduduk penggemar sepak bola kita yang jauh besar dari negara-negara benua Eropa seperti Italia, Spanyol,  Inggris, Perancis dan lain-lain.

Menurut badan akuntansi kelas dunia Pricewaterhouse Coopers, dengan populasi lebih dari 260 juta jiwa, Indonesia akan menjadi penggerak penting dunia di abad ke-21. Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomu terbesar keempat di dunia pada tahun 2050 mendatang.

Dengan potensi itu, banyak negara dari berbagai belahan dunia akan berlomba-lomba membangun kerjasama dengan Indonesia di berbagai bidang, termasuk sepakbola. 

Lihat saja berbagai klub besar sepakbola Eropa sangat antusias menanamkan investasi dan pengaruhnya di negara kita dengan berbagai program seperti coaching clinic, Sekolah Sepak Bola (SSB) yang berafiliasi dengan klub besar tertentu di Eropa. Mereka juga  mendatangkan pemain kelas dunia untuk bermain dan jumpa penggemar, dan program lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun