Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Damai Natal, Damai di Medsos

25 Desember 2017   03:43 Diperbarui: 25 Desember 2017   04:13 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari kelahiran Yesus ditandai dengan perayaan Natal--sebagai sebuah kesepakatan para pengikut Yesus yang hidup di muka bumi ini tentang keberadaanNya. Dia yang lahir di kandang hina dua ribuaan tahun lalu merupakan nubuat Bapa yang disampaikan lewat kitab para nabi. 

Yesus datang sebagai penebar cinta kasih bagi semua bangsa di muka bumi ini. Kelahiran Yesus membangunkan nurani manusia yang tertidur, kemudian digerakkannya nurani itu dalam ruang kasih maha luas, sebuah ajaran yang menembus sekat suku-ras-bangsa, melampaui pikiran manusiawi, melewati rintangan pertentangan dan sejumlah cobaan.

Kelahiran Yesus juga "melahirkan" pertentangan dari orang-orang yang tak ingin nuraninya dibangunkan. Mereka adalah kaum yang tak sudi kesombongan duniawinya digerakkan menuju panggilan nurani itu. 

Kehadiran Yesus menjadi kontroversialitas kehidupan. Ketika masa Yesus lahir, para penguasa wilayah jaman itu kemudian memunculkan pertentangan terhadap Yesus. Dia dikejar-kejar sebagai musuh walau tak pernah mengajarkan permusuhan. Segala geraknya ditekan padahal Yesus tak pernah mengajarkan perlawanan. Dia hanya ingin semua orang berpenuh kasih dalam kehidupan. 

Pada diorama kehidupan, Yesus dimusuhi karena cinta kasihNya. Itulah paradoks kehidupan masa itu. 

Dua ribuan tahun lalu, sejak lahir hingga Dia mati di kayu salib, Yesus hidup dalam tekanan fisik dan non-fisik para kaum yang mengingkari nurani. Namun, nurani--cinta kasih--tak surut langkah, melainkan terus menebar dan menyatakan diri dalam setiap diri manusia yang nuraninya terpanggil dan mau secara terus menerus menerima panggilan itu dengan penuh sukacita. 

Kini dua ribuan tahun sejak kelahiran Yesus, cinta kasih itu terus menebar. Bersamaan dengan itu, kontroversialitas pun tak juga sirna, bahkan muncul lewat ragam bentuk fisik lain. Kalau dulu pengingkar nurani lewat tekanan penguasa dan kaumnya, tapi kini lewat setiap pribadi. 

Sumber gambar ; https://cdn.pixabay.com/photo/2013/11/08/09/12/christmas-ornament-207334_640.jpg
Sumber gambar ; https://cdn.pixabay.com/photo/2013/11/08/09/12/christmas-ornament-207334_640.jpg
Masa kini adalah jaman media sosial (medsos). Dengan medsos ditangan setiap pribadi manusia merupakan penguasa bagi dirinya atau kaum jiwanya. Lewat medsos itu pula ternyata sebagian orang menjadi atau merupakan pengingkar nurani atau cinta kasih bagi sesama. 

Segala tindak tanduk mereka di medsos tak mencerminkan cinta kasih sesama, mereka umbar kebencian atas dasar sesuatu atau tanpa dasar apapun demi kesombongan duniawi yang mereka miliki. Mereka layaknya penguasa  masa Yesus yang memunculkan pertentangan terhadap cinta kasih dan kedamaian.

Andai masa kehidupan Yesus kala itu sudah ada medsos, mungkin Dia juga akan mengabarkan cinta kasih lewat akun medsosNya. Namun hal itu akan diikuti kontroversialitas dari orang-orang yang memusuhi diriNya-mereka adalah pengingkar nurani. Namun Yesus tak akan surut langkah mengabarkan cinta kasih karena Dia datang menjalankan nubuatNya.

Kini kita hidup dalam jaman medsos yang begitu masif masuk kedalam kehidupan sehari-hari. Medsos mungkin "nubuat" Tuhan kepada manusia jaman now tanpa melalui kitab para nabi. Bisa jadi 'nubuat' itu berisi pesan "medsos untuk membangun cinta kasih dan menjalin persaudaraan seluruh umat manusia tanpa sekat ras-bangsa". Medsos bukan untuk memunculkan kebencian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun