[caption caption="sumber gambar : http://kalatida.com/wp-content/uploads/2016/05/b-chua.jpg"][/caption]
Sekilas judul artikel ini bikin rasa ngeri-ngeri sedap. Ada kata 'Nyaman' bersanding dengan 'Kematian', selain itu bawa nama Kompasiana. Ini bisa timbulkan pertanyaan. apakah Kompasiana menawarkan zona nyaman yang menyebabkan kematian kreativitas?
Bingung? Ada baiknya kita telusuri dengan hati tabah dan penuh penghiburan agar kebingungan ini bisa nyaman dijalani.
Domain Aktivis
Bagi para 'aktivis kepenulisan' di Kompasiana, saat membuat tulisan merupakan kegiatan menyenangkan. Tak perduli dia 'penulis pemula' atau yang sudah 'kawakan'. Keduanya disatukan hal yang sama yakni 'Passion menulis'.
Domain terbesar penulis pemula adalah 'mencari bentuk diri' dalam dunia kepenulisan Sementara bagi yang sudah 'kawakan' domainnya adalah 'mempertahankan atau menjaga' citra kepenulisannya yang sudah terbentuk. Atas dasar 'passion' mereka menjalani dinamika internal secara riang gembira.
Sebenarnya ada satu kelompok 'aktivis kepenulisan' selain 'penulis pemula' dan ' penulis kawakan' yakni 'penulis moksa'. Penulis level Moksa masih sangat langka.
Penulis kategori ini tidak lagi berkutat dalam 'pencarian bentuk' atau 'mempertahankan' citra diri dan tulisan. Baginya aktivitas menulis telah membawa dirinya pada 'kebebasan diri dari ikatan keduniawian menulis'. Pencarian bentuk dan citra diri tak lagi domain. Dia hadirkan kombinasi kesadaran diri, kebenaran dan kebahagiaan dalam menulis apa pun kepada para pembaca.
[caption caption="sumber gambar ; kompasiana.com"]

Zona Nyaman Berkompasiana
Kompasiana merupakan ruang menulis yang mampu memberikan zona nyaman. Sekalipun sering dilanda 'badai error' tak mengurangi zona nyaman tersebut. Buktinya banyak 'aktivis kepenulisan' tidak kapok menulis di Kompasiana untuk meraup kenyamanan tersebut.
Zona nyaman Kompasiana tercipta dari sinergisitas antara para 'aktivis menulis', 'aktivis membaca' di satu pihak, dengan Kompasiana di pihak lain.
Kompasiana adalah salah satu 'operator kepenulisan' yang jadi pilihan para aktivis menulis/membaca. Selaku operator Kompasiana menyediakan parameter duniawi kepenulisan, seperti ; pemberian labeling tulisan (pilihan, HL, NT, dll). Selain itu secara 'de facto' di Kompasiana terdapat 'ruang mistis' yakni suatu suasana tak terdefenisi secara pasti yang menyebabkan para aktivis tersebut selalu ingin menulis, membaca atau sekedar berelasi dengan sesama aktivis.
Ruang mistis Kompasiana tak menuntut sesajen klenik tertentu. Pun tak diketahui pencipta ruang mistis itu. Apakah para admin? Masih diragukan karena admin datang dan pergi silih berganti sama halnya dengan sebagian para 'aktivis kepenulisan'. Itulah mengapa Kompasiana yang lahir sejak tahun 1970an tak pernah mati sampai sekarang, melainkan hanya berubah 'format' sesuai tuntutan jaman. Dari jaman komandan pleton PK Ojong hingga Pepih Nugraha dan sekarang Kang Isjet Kompasiana tetap Kompasiana, bukan jadi Komporsiana, Ngompolsiana, apalagi Pebrianovsiana. Betul, tidaaak? Heuheuheu...
Uniknya ruang mistis Kompasiana kemudian menyebabkan operator lain kerasukan, menggelepar dan bersuara keras dan kemudian melahirkan ruang sejenis di tempat operator itu. Misalnya operator tempo.co, dan sekarang siap-siap muncul dari detik.com. Belum terhitung lagi operator mandiri seperti Seword.com, UC.com dan lain-lain. Bagaimana ruang mistis mereka? Tak perlu kita urus rumah tangga orang lain. Pamali!
Zona nyaman Kompasiana menciptakan kosmologi tertentu bagi para aktivisnya. Apa itu? Iiih mau tau aja! Heu heu heu...! Kosmologi yang dimaksud adalah suatu tata atur diri para aktivis menulis dalam menjalani passionnya. Kosmologi ini bukan prinsip yang masif mengekang, melainkan asumsi komunal (milik bersama) hasil dari sinergisitas tadi. Dimana awal mulanya? Yaa..di Kompasiana, dong aagh!
Selanjutnya, untuk menyatakan kekosmologian itu maka tersebutlah para aktivis itu sebagai Kompasianer. Betul? Heuheuheu...
Kematian Kreativitas Tulisan
Para 'aktivis kepenulisan' dalam perjalanannya mengalami dinamika pasang surut kreativitas yang dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Apakah dinamika tersebut berpotensi jadi penyebab kematian kreativitas tulisan?
Kematian kreatifitas tulisan merupakan momok bagi penulis pemula dan kawakan. Hal itu muncul ketika tulisan tak lagi memiliki nilai tambah bagi si Penulis. Dia tak lagi mendapatkan hal-hal baru dalam mengolah tulisannya. Selain itu, dia tak menikmati proses menulis.
Hal yang paling menyiksa adalah ketika passion menulis masih ada tetapi tidak satu pun karya tulis bisa dihasilkan. Hidup segan mati tak mau sementara kesakitan karena ingin menulis terus berjalan. Aw..aw!
Sebagai 'aktivis kepenulisan' seringkali mengkambing-hitamkan 'ruang mistis' Kompasiana sebagai faktor surutnya kreatifitas. Namanya 'ruang mistis' memang mistis. Serba tak jelas tapi 'Nganu'. Mungkin mereka tidak bisa dapatkan kambing hitam dari penjual kambing di tepi jalan, jadi 'Nganu' saja di ruang mistis. Hak hak hak!
Sejatinya, yang namanya 'ruang mistis' tak jelas wujudnya, sedangkan yang jelas itu adalah kambing hitam! Makanya jadi Nganu...
Disisi lain, Kompasiana tersandera oleh zona nyaman itu sendiri dan ketakberdayaan mengelola 'ruang mistis' secara sempurna. Campuran keduanya bikin bingung internal Kompasiana. Daripada bingung maka diam-diam kesadaran sebagai pemilik zona nyaman dijadikan tameng sekaligus sandaran. Akibatnya, timbullah kesan angkuh dimata para 'aktivis menulis', kemudian muncul rasa benci, tapi diam-diam tetap rindu Kompasiana di ruang mistis itu.
Kondisi ini merupaka anomali yang unik berkompasiana hingga kini.
Kematian kreativitas tulisan tak sepenuhnya terjadi ketika di dalam ruang miastis para 'aktivis menulis' dan Kompasiana tak henti saling menyiksa dan tersiksa. Padahal keduanya sama-sama kesakitan. Heu heu heu...!
Sebagian aktivis jadi frustrasi kemudian pura-pura mati bunuh diri, ehhh...maksudnya berhenti menulis tapi masih sering intip Kompasiana. Ada yang pura-pura pindah operator tapi diam-diam tetap intip Kompasiana. Kenapa demikian? Ya, karena adanya 'ruang mistis' itu tadi. Aneh tapi nyata!
Artikel ini ditulis sebagai bagian upaya menghindari kematian absolut kreativitas menulis. Sayang sekali kalau sampai mati, karena sejatinya sebuah passion menulis tak pernah mati melainkan hanya menepi sejenak. Percayalah padaku, sayang...aku janji nanti beri hadiah sepeda, ya...heuheu!
______
Peb5/4/2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI