Akan seru pada pagi hari saat persiapan. Mulai dari bangun pagi, mandi, sarapan, berpakaian dan lain-lain harus kompak waktunya. Bila ada satu anak malas-malasan akan berpengaruh ke anak yang lebih cepat siap. Karena lambat atau cepat, berangkatnya kan bareng? Di sinilah 'konflik antara anak-anak terjadi'. Suasana pagi jadi seru, belum lagi ditambah celoteh si Emak yang turut mempersiapkan semua keperluan mereka! Yang lebih cepat tak mau sia-sia sehingga terlambat masuk sekolah, makanya dia men'push' kakak/adiknya yang malas-malasan.
Bagaimana sang Ayah? Ya ikut siap-siap juga dong. Kalo udah siap sambil menunggu mereka bisa sejenak buka Kompasiana atau menulis artikel, tho? Heu heu heu..
Saya menikmati serunya hiruk-pikuk pagi hari. Menikmati konflik antara mereka. Ha ha ha! Tanpa perlu melakukan politik 'de vide et impera. Tanpa menggunakan perantara 'tukang catut', konflik bisa terjadi. Lagi pula tak perlu dibawa ke MKD yang sering masuk angin.
Ritual dan sesekali konflik di pagi hari tersebut secara tidak langsung bisa membangun kebersamaan antara anak-anak. Mereka dibentuk oleh situasi kebutuhan yang sama, tuntutan waktu yang sama. Mau tidak mau, mereka harus saling memperhatikan kesiapan masing-masing. Karena bila satu orang saja 'nyantai' maka yang terkena akibatnya adalah yang lainnya.
Ritual Edukatif yang Menyenangkan
Saat di kendaraan menuju sekolah bisa saling cerita rencana kegiatan di sekolah hari itu. Bahkan gosip tentang teman-teman dan guru-guru mereka. Bisa juga tentang konflik antara mereka ketika tadi persiapan. Sesekali mereka saling mendiamkan karena masih sebel. Ha ha ha! Di sinilah peran orang tua sebagai 'juru damai', sambil memasukkan pesan-pesan sponsor.
Demikian pula saat pulang sekolah, akan banyak cerita baru yang mereka alami selama hampir setengah hari di sekolah. Kita sebagai orang tua bisa banyak tahu informasi dan dinamika mereka. Ikut urun rembug tentang hal-hal yang mereka hadapi.
Saat pergi maupun pulang sekolah bersama-sama itu adalah momen pendek yang sangat penting dan masif yang seringkali tidak didapatkan saat sudah sampai di rumah. Ritual antar-jemput bisa menjadi ruang dan momentum membangun pertemanan antara anak-anak, antara orang tua dengan anak-anak. Tentu saja di sini, sikap orang tua harus lentur, tanpa membawa permasalahan kantor di tengah-tengah mereka karena ruang dan momen itu adalah milik mereka.
Kelak bila anak-anak sudah besar, sudah mandiri atau hidup sendiri, konon ritual antar-jemput ini jadi kenangan indah bagi orang tua. Kadang mereka rindu dan ingin memutar kembali waktu. Ah, andai bisa dilakukan....
-------
Pebrianov24/11/2015