Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pelantikan Wakapolri BG Membuka Kebohongan Vulgar Jokowi

23 April 2015   04:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46 3399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429756749944529505


Intinya bahwa duka publik tercipta oleh tidak etis dan janggalnya jumlah kekayaan dan cara memperoleh kekayaan seorang abdi negara bernama Komjen Budi Gunawan. Selain itu terungkapnya 'citra BG sebagai kader' tak resmi PDIP sebagai partai penguasa. Bukankah Polri harus bebas dari politik?


Intinya bahwa publik tidak ingin seorang Komjen BG jadi pimpinan di tubuh Polri karena memiliki semua komponen itu!


Disisi lain seorang Jokowi menjadi nelangsa karena bernasib 'sial'. Dia semula 'menolak' BG jadi Kapolri, yang mendapat dukungan moril publik kini seperti Macan Ompong. Dulu kuat mengaum menolak, tapi kini tak punya kekuatan gigitan pencegah Komjen BG jadi petinggi Polri.


Dengan perspektif lain bahkan bisa jadi Jokowi dianggap pembohong publik dibalik citranya yang 'mumpuni'. Dulu dipihak publik, kini 'seolah-olah tidak tahu apa-apa' atau berlindung disisi peraturan.Seperti memberi ruang gerak internal Polri mengangkat BG-sang simbol.

Jokowi (juga) ternyata hanya seorang sutradara sinetron 'polemik BG' yang tak punya konsistensi idealisme berkarya. Jokowi cuma sutradara sinetron picisan. Dia awalnya mampu menguras emosi publik penonton, mengharu biru untuk meraup simpati di pertengahan durasi, namun kemudian menampilkan adegan telanjang yang vulgar-tanpa sentuhan intelektualitas dan seni-nurani di akhir cerita.


Jokowi cuma sukses menjadi pembohong besar pada karyanya ini. Bisa jadi karena Jokowi tak lebih Sutradara amatiran bermental buruk yang takluk oleh kemauan produser? Entahlah...



Lalu bagaimana sebaiknya Publik menyembuhkan luka? Bagaimana Jokowi harus bersikap?


Ketika Komjen BG telah dilantik jadi Wakapolri berarti secara hukum sah dan berhak pada jabatan itu atas nama undang-undang. Bahkan seorang Jokowi pun tidak bisa mengubahnya sesegera mungkin karena harus taat pada etika undang-undang.


Dari semua itu, hanyak waktu lah yang bisa menyembuhkan luka dan duka publik. Apalagi, publik sudah terbiasa teraniaya yang memunculkan sikap permisif. Bersama dengan waktu pula, usai 'pesta menang perang' keluarga besar Polri dalam beberapa hari ini. Semoga mereka segera berbenah, bersih-bersih lokasi pesta, dan kemudian bekerja lagi.


Kali ini kita-publik- berharap, Polri bekerja lebih baik dengan semangat pertobatan paling besar dalam sejarah. Mereka harus sadar bahwa kemenangan pertempuran dan peperangan mereka tersebut telah banyak menimbulkan luka dan duka publik. Oleh karena itu hanya bekerja dengan spirit pertobatanlah yang harus mereka lakukan dan tunjukkan secara nyata. Itu merupakan 'deal' terbaik saat ini.


Kalau pertobatan tidak terjadi, maka bukan lagi sutradara Jokowi yang akan turun tangan, tapi Sutradara Besar sekaligus Produser Agung lah akan turun tangan dengan caraNya sendiri. DIA lah yang terakhir jadi harapan penyembuh luka dan duka publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun