Mohon tunggu...
Pebriadi Simamora
Pebriadi Simamora Mohon Tunggu... Penulis - Sudent

Mechanical Engineering Student of Malikussaleh University

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dukung Transisi Energi, KESDM Luncurkan GERILYA Batch 2 Setelah Sukses di Batch 1

19 Februari 2022   11:13 Diperbarui: 19 Februari 2022   11:17 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertumbuhan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi sangat berpengaruh dengan ketersediaan energi di Indonesia, menipisnya cadangan bahan  bakar fosil membuat Pemerintah Indonesia harus berfikir keras tentang penyediaan energi, bahkan baru- baru ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebutkan bahwa produksi minyak domestik akan habis dalam 9 tahun mendatang, dengan asumsi tidak ada penempuan cadangan baru. lantas bagaimana dengan kebutuhan energi di Indonesia? 

Tentu akan banyak pertanyaan dari berbagai kalangan bagaimana nasib Indonesia kedepannya dan langkah seperti apa yang harus di ambil agar penyediaan energi di Indonesia tetap ada ? melirik dari beberapa negara yang sudah beranjak meninggalkan energi fosil khususnya batubara kemudian beralih ke EBT (Energi Baru dan Terbarukan) harusnya membuat Indonesia mulai mengkampanyekan tentang pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan. 

Salah satu langkah yang bisa diambil untuk mencegah masalah krisis energi di Indonesia pada masa yang akan datang yaitu dengan melakukan Transisi Energi. Lalu, apa sebenarnya transisi energi dan bagaimana cara pemanfaatannya?.Transisi energi adalah cara atau upaya untuk mengurangi resiko pemanasan global yang memiliki potensi mengancam kehidupan dimasa yang akan datang. jadi, transisi energi ini sebuah solusi yang menjembatani transformasi energi berbasis fosil (gas alam, minyak dan batubara) ke Sumber Energi Baru dan Terbarukan seperti angin, matahari dan panas bumi. 

Pemanfaatan EBT di Indonesia seharusnya sudah dilakukan sejak dulu jika melihat potensi dan ketersediaan energi terbarukan. oleh karena itu Pemerintah Indonesia Melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membentuk sebuah gerakan dari beberapa kumpulan  generasi muda di Indonesia yang dibina dan dibimbing menjadi agen perubahan energi, dan ikjut serta menyuarakan energi khususnya energi surya yang diberi nama GERILYA.

Gerilya atau Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya merupakan salah satu program baru  yang dibentuk oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral kemudian diimplementasikan pada Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Gerilya batch 1 dilaunching pada tanggal 13 Agustus 2021 yang awalnya masih dalam bentuk Studi Independen Kemudian di Batch 2 beralih ke Magang Kampus Merdeka. 

GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya) terbuka untuk seluruh mahasiswa Saintek di Indonesia yang berada dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, di batch 1 setelah melewati beberapa rangkaian seleksi terpilihlah 52 Mahasiswa dari 21 Kampus, kemudian di batch 2 ada 57 Mahasiswa dari 29 Kampus di Indonesia. Jadi, selama 6 bulan mahassiwa yang tergabung ke dalam gerakan ini akan belajar tentang PLTS atap. 

KESDM juga telah bekerja sama dengan beberapa mitra yang bergerak dibidang PLTS atap, selain untuk menyukseskan program gerilya ini, Mitra yang sudah bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) ini akan menjadi tempat Team Based Project dari para Gerilyawan nantinya. Disana, mereka akan belajar tentang banyak hal mulai dari mendesign PLTS atap, pemasangan PLTS atap dan jugabelar tentang  biaya komersial yang dikeluarkan pada saat pemasangan PLTS atap. 

Berikut nama-nama yang lolos menjadi gerilyawan Batch 2, Adrian adam Indrabayu (Universitas Brawijaya), Afifah Risma Alfariyani (Universitas Telkom), Agra Dunung Rucktanata (Institut Teknologi Sepuluh November), Aldila Fajar Rizkiana (Universitas Gadjah Mada), Aliffatul Yuniarahman (Universitas Negeri Surabaya), Alifia Bintang Nugroho (Universitas Brawijaya), Almahdi Yudha Nugraha (Universitas Diponegoro), Andhika Aryaputra Wiranza (Institut Teknologi Sepuluh November), Ariq Andika Farsya (Institut Teknologi Sepuluh November), Attaya Artemis Meiritza (Institut Teknologi Bandung), Aziz Saputra (Universitas Prasetya Mulya), Chairedaya (Universitas Gadjah Mada), Christian Oswald Mangatur (Universitas Udayana), Dea Damaris (Universitas Brawijaya), Dian Imanur Rohmah (Institut Teknologi Sepuluh November), Dian Permana ( Institut Teknologi Sepuluh November), Dini Angelia (UPN Veteran Jawa Timur), Dwi Maulidia (Universitas Negeri Surabaya), Elina Sabella Ambari (Universitas Diponegoro), Fath Muhammad ( Universitas Gadjah Mada). 

Kemudian Firdiya Nadia Silmi (Universitas Gadjah Mada), Frengky Simanjorang (Universitas Diponegoro), Ghina Suci Ramadhanti (Universitas Indonesia), Gigih Windu Wijaya (Universitas Diponegoro), Hafizh Muhammad Rozaan (Institut Teknologi Sepuluh November), Hagata Aersada Ginting (Universitas Diponegoro), Hari Anggara (Universitas Hasanuddin), Herianto (Universitas Hasanuddin), I Made Roki Setiawan (Universitas Udayana), Ikhawan Nur Fatah (Institut Teknologi Sepuluh November), Ilham setyo Waskito (Institut Teknologi Sepuluh November), Jonathan Oliver Khen (Universitas Udayana), Kresna Pandu Pratama (Universitas Sebelas Maret), Leonard Pravasandani Kusuma (Universitas Indonesia), Marcel Bonifacio Tirta Wijata (Universitas Udayana), Mauliza Putri (Institut Teknologi Bandung), Mhd. Brian Awiruddin (Universitas Diponegoro), Mochamad Sidiq Waluyo Jati (Universitas Muhammadiyah Malang), Mohammad Iqbal (Universitas Diponegoro), Mohammad Uwais Al Qorni (Politeknik Negeri Jakarta), Muhamad Mirza Arief Wahyuadji (Universitas Lampung), Muhammad Deka Ruliansyah (Universitas Sriwijaya), Muhammad Fakhrial (Universitas Jemeber) 

Berikutnya Muhammad Ikhsan Ardi Hansyah (Universitas Negeri Yogyakarta), Muhammad Irfan Yasiin (Universitas Sumatera Utara), Muhammad Wafi Mulya Fikri) (Universitas Telkom), Muhammad Zhillan Akbar Koswara (Universitas Brawijaya), Muhyddin Aprizandy (Universitas Lampung), Nadia Taradissa Maheswari (Universitas Diponegoro), Nafira Alfi Zaini Amrillah (Universitas Ahmad Dahlan), Nando Yur Yuslah (Institut Teknologi Kalimantan), Naura Shafa (UPNV Jakarta), Nicholas Aryo Sebastian Napitupulu (Institut Teknologi Sepuluh november), Nur Setyo Adi Widodo (Universitas Gadjah Mada), Pandu Lanang Turonggo Jati (Universitas Tanjungpura), Pebriadi Simamora (Universitas Malikussaleh), Rebekka Siswandina Sari (Universitas Sebelas Maret), Rega Yuni Airlangga (Universitas Mulawarman), Rexi Soaloon Pakpahan (Universitas Lampung), Rifdillah Zulafa (Universitas Brawijaya), Rike Diyah Rohmawati (Universitas Jember), Samira Al Zaitun (UPNV Jakarta), Teguh Purnomo (Universitas Malikussaleh), Vania Naufalin (Institut Teknologi Sepuluh november), Wahyu Setyawan (Universitas Diponegoro), Widya Ayui Salsabila (Institut teknologi Bandung). Sumber : esdm.go.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun