Mohon tunggu...
Y.Padmono Dr.
Y.Padmono Dr. Mohon Tunggu... -

Saya seorang dosen yang terlambat belajar iptek.Hoby Olahraga, baca, dan musik. Saya harus terus belajar!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pergi Sebelum Datang

20 November 2011   07:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:26 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gadis ini bernama August atau Agustin paggilannya. Ia lembut, mungil, berkacamata, ramah tapi pendiam, slow tapi semangat, berkulit sedikit hitam tetapi manis…

Ia berbeda memang dengan kakaknya yang kuning langsat, ceria dan bersahabat, dinamis namun terukur! Berbeda dengan Agustin sangat pendiam tetapi ramah kepada siapa saja. Retno adalah bintang kampus, terkenal dengan banyak pacar ya paling tidak menjadi kembang yang senantiasa dikejar-kejar kumbang. Benar Retno memang cantik dan ceria, bersifat permisif hingga memiliki karisma mengundang kaum lelaki untuk mendatanginya. TetapI ada juga lelaki yang tidak mengejar-ngejar, salah satunya aku yang memang tidak memasukkan tipologi gadis seperti ini untuk mendampingiku.

Saya bersahabat dengan Retno, hingga kami bercerita tipologi calon pendamping yang kami inginkan. Kami memang tidak cocok dalam hal karakter kepribadian sebagai pasangan, tetapi kami asyik kalau berbicara bersama terutama berbicara hal-hal berkenaan dunia anak muda. Retno memiliki dinamisasi dan semangat tinggi dalam membicarakan masa depan. Perbedaan tidak menyebabkan kami bermusuhan, tetapi justru saling mengisi saling membantu dan saling mengkritik dengan perjanjian tidak boleh marah kalau dikritik.

Ketika kriteria saling kami bicarakan, ketika kami sedang membahas bagaimana mencari pasangan, tentu dia tidak khawatir karena banyak stok pria yang ia punya, tetapi aku? Aku lelaki miskin yang takpunya masa depan, terutama gadis-gadis kampus, minimal itu pendapatku saat itu!

Suatu ketika, pada tahun ajaran baru, banyak mahasiswa baru, tentu banyak mahasiswi berwajah bening, tetapi faktanya saya salah satu lelaki yang tidak ikut berlomba, karena memang tiada waktu untuk berlomba, karena kesibukan kerja di luar kota dan hanya mengikuti kuliah kalau ada waktu luang! Retno tahu itu dan ia mengenalkanku dengan seornag gadis ketika aku berkunjung ke tempat kostnya!

Ia memperkenalkanku dengan seorang gadis hitam manis, pendiam berkacamata, ramah dan bersahaja,dan diperkenalkan sebagai adik Retno! Tentu aku kaget, karenagadis ini sungguh berbeda dengan Retno. Hanya satu saja kemiripannya, yaitu badannya kecil langsing, cenderung mungilseperti pisang raja seribu!

Kami berkenalan dan kami mulai bercanda dan Retno meninggalkanku berdua, saya tak tahu maksudnya hingga suatu hari aku dibertahu bahwa Retno menginginkanku dekat dengan adiknya. Ia bilang sambunglah, lelakinya suka guyon sementara Agust suka sebagai pendengar, asyikkan bisa mengajak untuk guyon biar ga pendiam, biar gak kuper, biar bergantisuasana dan tambah pengalaman katanya! Saya hanya mengiyakan, namun dalam pikiranku, kapan saya bisa berteman ke kampus saja belum tentu seminggu sekali, bahkan kadang hanya mengikuti tentamen saja. Tetapi setiap ada kesempatan aku mencoba-dan mencoba bertamu ke kost Retno sekaligus August.

Waktu berselang, kami sudah cukup akrab sebagai teman. Setiap aku datang tidak lagi Retno yang menemuiku tetapi langsung Agust. Kami berbincang apa saja, hanya saja memang aktivitas lebih banyak datang dari aku! Mulai dari tebakan, saling ledek, saling pukul, dan saling-saling yang lain.

Tetapi aneh memang (ini setelah saya rasakan kami tak bersama, kenapa selama itu hanya bercanda, hanya bercerita, dan hanya-hanya yang lain).

Kami asyik sebagai teman, tetapi tak pernah aku rasakan getaran, keinginan, hasrat untuk memegang tanggannya atau bahkan tak ada hasrat sedikitpun untuk melakukan apapun sebagaimana umumnya anak muda sedang bersama. Keadaan itu berlangsung berbulan-bulan tetapi belum sampai satu tahun, mungkin hanya setengah tahunan!

Tak terasa kami mulai merenggang karena kesibukanku, karena rutinitas kerja dan kuliah yangtidak mungkin aku samba untuk hal-hal sepertiapa yang dilakukan anak muda! Hingga suatu hari Retno menemuiku dan bertanya tentang kelanjutan hubunganku dengan Agust! Saya tak mampu menjawab, saya tak mampu menyampaikan apa pendapatku, apa perasaanku, apa keinginanku…Yang aku tahu Retno menyampaikan kalau kamu suka yang bilang suka dan kalau kamu nggak suka yang tinggalkan saja, jangan kamu gantung perasaan Agust…

Bagai disambar petir, saat itu memang aku tak menginginkan apa-apa dari Agust hingga ketika Retno meminta ketegasan aku tak mampu menyampaikan pendapat…aku tak mampu menjawab, aku hanya terdiam dan tercenung dalam kebingunganku……

Aku hanya merasa senang bercanda dengan Agust, aku hanya senang dan aku hanya gembira ada teman yang bisa kutemui, ada teman yang menemani dikala malam mingggu aku sendiri (bukan tiap malam minggu tapi paling cepat dua minggu sekali).

Aku mulai berpikir dan berpikir. Aku merasa bersalah dan bersalah, jika hubunganku selama ini diharapkan lebih lanjut sebagai pacaran…(ha pacaran?). Mungkinkah aku pacaran?

Sampai akhirnya tiada waktu untuk bertemu lagi dan aku tak tahu saat itu apa yang terjadi, kami berpisah begitu saja tanpa ada pernyataan apa-apa!

Bila teringat, betapa saya salah besar kepada Agust, mengingat kata Retno bahwa adiknya terlanjur mengharapkanku dan ternyata aku tak pernah menyatakan apa-apa!

Bodoh-bodoh…ya memang aku bodoh untuk satu hal ini…………..maaf Gustin, aku berharap kini engkau bahagia!

(sebuah memori cerita bodoh….lumayan untuk mengisi waktu luang dan mengingat kebodohanku!)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun