Mohon tunggu...
Gunawan S. Pati
Gunawan S. Pati Mohon Tunggu... Dosen - dosen

Penikmat buku dan pengamat pendidikan dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ayo Manfaatkan Internet Seoptimal Mungkin!

5 Agustus 2021   14:34 Diperbarui: 5 Agustus 2021   18:44 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber ilustrasi:Freepik)

Keinginan  berlangganan internet berawal dari rasa ingin tahu manfaat internet untuk pendidikan karena saya bekerja di bidang pendidikan. Berdomisili di kota kabupaten memang tidak mudah pada awal-awal tahun 2000-an  untuk dapat berlangganan telepon kabel apalagi internet masih sangat sulit. 

Untuk bisa berkomunikasi lewat telepon ya harus pergi ke warung telekomunikasi (wartel) yang pada saat itu tumbuh seperti jamur di musim hujan. Akhirnya saya bisa juga dapat jaringan telepon via tower antenna dekat rumah yang dikelola oleh penyedia jasa telepon plat merah pembagiannya lewat rukun tetangga (RT). 

Ternyata telepon yang menggunakan antenna tidak sebaik telepon kabel, sering ada gangguan terutama ketika hujan deras.Maklum telepon lewat udara.  Telepon via antenna gangguannya  suaranya tidak jernih tiba-tiba mati, jika jaringan mati perbaikannya memerlukan waktu lama.

Akibat sering ada gangguan sinyal telepon yang menggunakan antena akhirnya dihentikan oleh pengelolanya. Selang beberapa tahun baru ada penawaran jaringan telepon kabel, itu pun harus diundi lewat RT karena peminatnya banyak tetapi jatahnya terbatas. 

Meskipun sudah berlangganan jaringan telepon kabel jaringan internet belum bisa masuk ke setiap rumah yang memiliki jaringan telepon. Jika ingin menggunakan jaringan internet saya biasanya pergi ke warung internet (warnet) untuk kirim email atau buka website mencari informasi yang diperlukan. 

Saat itu Yahoo group yang paling terkenal karena kita bisa kirim email lewat Yahoo maupun baca berita di yahoo news. Sayangnya saat ini  yahoo group tidak seperti dulu, Yahoo news  sudah tidak bisa diakses hanya email Yahoo masih bisa digunakan.  

Pada waktu tahun 2006 provider pemerintah menawarkan jaringan internet bagi pelanggan telepon kabel, karena saya butuh sekali akhirnya berlangganan jaringan internet daripada harus ke warnet jika akan kirim email. Jaringan internet ini informasinya berbasis asymmetric digital subscriber line (ADSL) dan gigabit passive optical network (GPON) kecepatannya cukup lumayan dan membantu tugas-tugas kedinasan dan juga tugas mengajar. 

Dengan jaringan ini saya bisa menggunakan telepon dan internet, malah untuk menelpon lokal gratis kecuali interlokal. Setelah beberapa tahun  menggunakan jaringan provider ini dengan semboyan true broadband, akhirnya ditawari juga untuk migrasi internet yang menggunakan fiber optik yang promonya internet cepat tanpa batas. Saya hanya mengguanakan jaringan internet saja karena jaringan TV sudah terlanjur pakai parabola dan jaringan telepon kabel jarang dipakai. 

Meskipun sudah berlangganan internet tentunya hanya diguanakan di sekitar rumah saja jika saya pergi dan perlu internet ya pakai handphone dengan membeli paket pulsa internet, paling beli 1 GB sudah cukup untuk 1 bulan seharga Rp 25.000.  Langganan internet provider plat merah yang telah menggunakan fiber optik Rp 283.500 tiap bulan sebelumnya pakai Spdy  yang jaringannya pakai kabel tembaga Rp 215.000. 

Dulu pakai Spdy sering lemot apalagi jika untuk mengunduh yang agak berat sedikit harus sabar, maklum kecepatannya di bawah 5 Mega  bit per second (Mbps), setelah migrasi kecepatan internetnya cukup cepat jadi lancar jaya sebab 20 Mbps. Dengan biaya langganan Rp 283.500 sudah untuk 1 keluarga bisa pakai laptop maupun handphone karena sudah dilengkapi Wifi di rumah.

Memanfaatkan internet untuk eduaksi.

Berlangganan jaringan internet dipakai maupun tidak dipakai bayarnya tetap sama Oleh karena itu saya berpendapat lebih baik kita memanfaatkan internet secara optimal. Bisa jadi selama ini kita hanya memanfaatkan fungsi internet untuk konektivitas, komunikasi dan hiburan. 

Padahal semua tahu bahwa  internet bisa digunakan untuk konektivitas, komunikasi, akses informasi, pengatahuan dan edukasi mencari alamat dan pemetaan, kemudahan usaha/bisnis serta intertaimen/hiburan.

 Orang lebih sering menggunakan internet untuk konektiviatas karena banyak media sosial yang tersedia seperti facebook, WhapsApp,  Youtube, Instagram dam masih banyak platform media sosial lain yang digunakan di Indonesia. Semakin lama media sosial menyediakan fitur-fitur yang menaraik pengguna sehingga meningkatkan jumlah penggunanya.

Dengan adanya pandemi Covid-19 ini yang sudah berlangsung satu setengah tahun lebih memberi pelajaran pada kita betapa pentingnya internet khususnya akses informasi dan edukasi. Kita tidak bisa membayangkan jika saat ini tidak ada internet apa yang akan dilakukan oleh lembaga pendidikan.

Untungnya ada internet lembaga pendidikan masih bisa melaksanakan pembelajaran meski masih ada kendala dan juga belum optimal. Banyak guru yang dulunya tidak bisa menggunakan internet tetapi karena tidak ada alternatif   lain akhirnya ya harus belajar internet dan bisa. Hal seperti ini bisa dikatakan sebagai blessing in disguise (berkah yang terselubung), jika tidak ada pandemi Covid-19 belum tentu tenaga pengajar memanfaatkan internet khususnya berbagai platform pembelajaran jarak jauh seperti Google Classroom, Zoom, admodo  dan Moodle sebagai pengganti pembelajaran tatap muka. 

Setelah pandemi Covid-19 lembaga pendidikan bisa menggunakan platform tersebut sebagai tambahan materi jika pembelajaran tatap muka tidak terpenuhi.

Lembaga-lembaga  pendidikan tinggi (PT) berkualitas di Indonesia bisa membuka kelas jarak jauh (online) sebagai wahana pengabdian pada masyarakat dan turut serta mencerdaskan anak bangsa. Tidak harus program sarjana atau magister tetapi bisa membuka kursus atau pelatihan jangka pendek maupun program diploma. 

Bahkan perguruan tinggi terkenal dan berkualitas seperti Massachusetts Institute of Technology (MIT) juga membuka program pembelajaran online berbayar maupun gratis. Dengan membuka program pembelajaran online PT memberi kesempatan pemuda Indonesia usia 19-23 tahun untuk kuliah. 

Pada tahun 2018 pemuda usia 19-23 ada 80 hingga 107 juta dan yang kuliah S1 hanya 7,5 juta sekitar 32,9 persen (Republika, 12/11/2018). Sudah waktunya pemerintah meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). 

Apalagi para siswa dan mahasiswa sudah berpengalaman pembelajar jarak jauh (PJJ), setidaknya pembelajaran mandiri sudah mulai tumbuh dan berkembang. Sebagian besar perguruan tinggi  sudah berpengalaman mengelola kuliah jarak jauh selama pandemic Covid-19 dan regulasi kuliah jarak jauh  juga sudah ada. Kita tunggu niat baik pemerintah untuk memanfaat internet untuk edukasi.

Semoga bermanfaat.

Pati, 5 Agustus 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun