Mohon tunggu...
Damar Murti
Damar Murti Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Just ordinary people... Menulis adalah bentuk ekspresi dari sebuah pengalaman dan bagian dari ide. "life only once, so use it wisely"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Menjadi Wisuda Terbaik

22 Maret 2016   16:11 Diperbarui: 22 Maret 2016   16:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen-momen indah pasti selalu menghiasi gemerlap kehidupan kita semua sebagai manusia. Bahagia, bangga, rasa puas dan lega disertai senyum merekah dimana-mana. Apalagi momen ini yang sangat kita nantikan kedatangannya. Sabtu lalu saya diwisuda sebagai lulus master di sebuah Universitas Swasta di kota kecil Jawa Tengah. Sebuah perjuangan yang luar biasa bagi saya, karena harus mempublikasikan artikel pun tulisan ilmiah di jurnal dan media cetak. Empat tulisan paper pun dapat saya tuntaskan dengan baik sehingga saya dapat diwisuda Minggu lalu.

Dalam momen wisuda pasti dihiasi dengan embel-embel 'wisudawan terbaik', dalam artian meraih IPK tertinggi. Bukan bermaksud untuk sombong sama sekali, namun saya termasuk salah satu diantara mereka peraih wisudawan terbaik. Tetapi selama perhelatan wisuda itu berlangsung saya merenung dan merefleksikan perjalanan keilmuan saya. Meskipun saya "dikatakan" wisudawan terbaik, tetapi saya kok justru merasa saya belum apa-apa bahkan masih terasa jauh dari ilmu itu sendiri. Lalu, saya jadi iseng ingin bertanya kepada sesama kawan yang meraih penghargaan sebagai wisudawan terbaik, apakah mereka sudah benar menguasai keilmuan yang mereka pelajari?

Sejatinya manusia memang tempatnya salah dan cela. Menjadi sebaik apapun diri kita, tetap ada pasti saya yakin sisi kekurangbaikannya diri ini. Karena manusia itu terbatas, bahkan sangat terbatas. Saya akhirnya sadar bahwa ini semua adalah karunia dari Tuhan yang boleh mengijinkan saya mencicipi pendidikan tinggi hingga tingkat master. Saya sungguh-sungguh merasa bahwa Tuhan menyertai saya dalam menyelesaikan pendidikan ini. Sehingga patutlah saya untuk tidak menjadi sombong dengan embel-embel IPK tinggi atau wisudawan terbaik. Kalo kata pepatah yang selalu saya pegang adalah "Seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk ke bawah...". Saya juga belajar dari sensei-sensei di Jepang, mereka yang terkenal pinternya bahkan mendapat penghargaan dimana-mana saja tetap rendah hati ketika mereka mengobrol dengan mahasiswa ataupun koleganya. Jadi saya berkesimpulan bahwa semua yang kita capai dan peroleh itu hanya karena kasih karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dengan bersyukur hati kita dijauhi dari yang sifatnya sebuah kesombongan semata. Menjadi wisudawan terbaik berarti saya masih harus mengembangkan keilmuan yang saya miliki. Artinya juga, saya masih harus terus terus dan terus belajar. Karena sesungguhnya hidup itu belajar supaya kita dapat belajar hidup dari pengalaman-pengalaman yang kita miliki sampai sejauh ini. Salam hangat dari sahabat.

-DM- [caption caption="dok.pri"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun