Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Pentingnya Menghayati Perkawinan Melalui Perjodohan sebagai Suatu Panggilan Allah

21 Mei 2021   22:00 Diperbarui: 22 Mei 2021   08:42 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perkawinan (lifestyle.kompas.com)

Ketika perkawinan berlangsung, kedua mempelai berjanji untuk saling mencintai dalam situasi suka atau sedih, untung atau malang. Mereka berjanji kepada Allah di hadapan petugas agama dan di hadapan para saksi. Bahkan, untuk membuktikan keteguhan janji perkawinan, mereka meletakkan tangan ke atas kitab suci. Kedua mempelai, entah melalui pilihan sendiri, entah melalui perjodohan, yakin dan percaya bahwa perkawinan mereka sudah dipersatukan oleh Allah dan tidak terpisahkan, kecuali maut.

Sejak itulah mereka dipanggil Allah untuk menjadi mitra-Nya di dunia ini. Mereka hendaknya menghayati bahwa mereka terpanggil untuk menjalin relasi dengan Allah. Perkawinan menjadi satu bentuk panggilan untuk melayani Allah yang hadir dalam diri suami dan istri juga dalam diri anak-anak mereka di kemudian hari.

Dari uraian di atas penting untuk diharisbawahi bahwa perkawinan melalui perjodohan juga dihayati sebagai satu bentuk panggilan Allah.

Ciri Perkawinan sebagai Panggilan Allah

Sebagai satu bentuk panggilan Allah, suami, istri dan anak-anak hendaknya mencirikan sepak terjang keluarga dengan semangat berikut.

#1 Daya tahan, kesabaran dan kelemahlembutan.

Keluarga harus memiliki daya tahan yang tangguh agar mampu menghadapi berbagai persoalan yang terjadi dalam rumah tangga. Ketahanan keluarga tergambar dari kemampuan berpikir positif, mampu menguasai pikiran dan emosi serta fisik yang sehat. 

Keluarga tidak lekas putus ada, namun sabar dalam menghadapi segala sesuatu. Keluarga yang mampu mengolah pikiran dan perasaan akan memancarkan kelemahlembutan melalui kata-kata dan perbuatan. Banyak keluarga yang retak akhirnya bubar (terjadi perceraian) karena tidak memupuk ketiga semangat ini dalam hidup sehari-hari. Dengan gampangnya menjadikan "kami sudah tidak cocok lagi" sebagai alasan perceraian.

#2 Keberanian dan semangat.

Keluarga harus memiliki keberanian. Setiap anggota keluarga memiliki rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya. Berani mengemukakan pendapat, berani bersikap jujur, berani menegur,  berani mengakui kesalahan, dan berani memaafkan. Jika keberanian ada, keluarga memiliki semangat untuk menjalankan perannya masing-masing.

#3 Sukacita dan rasa humor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun