Mohon tunggu...
Paulus Tukan
Paulus Tukan Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Pemerhati Pendidikan

Mengajar di SMA dan SMK Fransiskus 1 Jakarta Timur; Penulis buku pelajaran Bahasa Indonesia "Mahir Berbahasa Indonesia untuk SMA", Yudhistira.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Empati Kini Beranjak Pergi

28 Agustus 2020   06:49 Diperbarui: 28 Agustus 2020   07:32 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perilaku hanya mengintip (klinikdokter.com)

Pada mulanya

Kita gagap dan menganga sambil mata  telinga enggan meninggalkan layar kaca. Sebab virus ini bagai tiang magnit menancap tajam ke perut pertiwi, menarik lekat segenap nalar dan rasa kita lalu mengalir dalam satu sepakat:

Perang bersama dan berbela rasa!

Masih pantaskah ini disebut bencana nasional?

Terbanglah ke langit lepas

karena dari sana mata kita yang sejak berbulan-bulan rabun oleh klangenan politik kan terang benderang, tercerabut dari permainan dan kebohongan yang menganga.

Lihatlah,

Karena terpaksa ribuan kepala terganjal bantal di ranjang rumah sakit. Kegembiraan mereka telah tersumbat dalam hari-hari yang sepi. Kehangatan keluarganya beku dalam kesendirian yang panjang berteman aroma beragam obat yang dipaksakan akrab dengan lidah dan hidungnya.

Masih pantaskah ini disebut bencana nasional?

Sementara waktu kian berjalan dan menemui pintu-pintu rumah terbuka lebar. Gerbang-gerbang pabrik dan kantor baru saja ditiinggalkan jejak-jejak sepatu. Asap kendaraan semakin berpesta ria menyusuri jalan-jalan tanpa mengenal waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun