Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Setya Novanto Kesandung Karpet Merah

27 November 2015   19:21 Diperbarui: 27 November 2015   19:29 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu alasan mosi tidak percaya dari beberapa anggota dewan dengan kepemimpinan Setya Novanto ialah masalah etik. Masalah etik yang dianggap sudah dilanggar pimpinan yang satu ini ada beberapa, salah satunya soal karpet merah. Menarik dilihat bagaimana persoal karpet ini bisa menjadi alasan etik seorang pimpinan dewan.

Karpet merah menjadi simbol penghormatan bagi tamu atau hadirin yang memang pantas dan patut. Di Gedung Senayan ini, awalnya juga untuk menyambut tamu negara setingkat presiden atau kepala pemerintahan. Entah merasa layak dan setingkat presiden negara sahabat sang ketua menghendaki karpet itu tetap demikian adanya, meski tamu tidak ada. Biasanya terhampar kalau ada presiden yang hadir di gedung dewan.

Soal karpet ini bisa menjadi berkepanjangan. Pertama sempat ada anggota dewan yang dibentak anggota pamdal, coba anggota dewan dibentak oleh satuan pengamanan. Kebetulan yang dibentak kog juga dari Nasdem yang “berseberangan” dengan sang ketua. Apakah bentakan itu juga akan terjadi jika yang melintas adalah anggota dewan separtai misalnya. Misalnya ini dibawa ke MKD juga pasti akan mengambinghitamkan pamdal bahwa itu keputusan mereka sendiri bukan perintah dari sang ketua. Hal ini berdasar dari banyak hal selama ini yang mencari-cari alasan untuk pembenar diri sendiri.

Aneh bin ajaib juga adalah saat seseorang “menghormati” diri sendiri. Begini, namanya pimpinan dewan adalah tempat kerjanya ada di sana itu, lha karpet merah itu untuk tamu. Ini sepanjang sepengetahuan saya, dan belum pernah tahu ada orang menggelar untuk dirinya sendiri. Wajar kalau Ruhut menyatakan tidak ada orang pasang kehormatan untuk diri sendiri dan prestasi yang membuat kehormatan itu. Sepakat dengan Bang Ruhut, prestasi nol tapi aksi banyak dan jauh dari tugas dan kewenangannya. Soal yang lain-lain patut memang kalau diajukan mosi tidak percaya memang fatal dan memalukan.

Dewan ini kisruh saja dari waktu ke waktu yang sangat tidak penting dan mendasar. Soal disi[lin dan kinerja jauh banget dari apa yang diprogramkan sendiri. Belum lagi jumlah kehadiran yang selalu rendah dan sama sekali tidak ada tindakan apapun.

Dewan salah satunya, wakil pimpinan dulu paling bangga menyebut KPK tidak boleh menjadi lembaga super body, maka ada dewan etik yang anggotanya tidak seluruhnya dari dalam lembaga KPK. Bagaimana dewan yang selama ini buruk banget kinerjanya itu ada yang mengawasi? Lembaga yang buruk itu justru selama ini justru memilih pejabat untuk lembaga lain. Sapu kotor untuk membersihkan lantai ya tambah kotor.


Setiap ada pelaporan anggota dewan yang menyeleweng, akan dilaporkan dan diajukan ke MKD, lha mana ada yang bisa menyidang teman sendiri, rekan, apalagi kalau yang berkasus adalah pimpinan seperti kali ini. Sungkan, bahkan tidak berani jelas saja terjadi. Sama sekali tidak akan obyektif dan tegas. Sudah saatnya dewan ini membuat aturan yang tegas ke dalam lebih dahulu kalau mau menjadi lembaga yang terhormat. Selama ini justru menampilkan hasil dan perbuatan yang menjauhkan diri dari kesan baik. Kesan baik saja tidak ada, apalagi baik secara nyata dan real.

Tidak akan heran hasilnya seperti ini. Produk rendah, kisruh banyak. Intrik-intrik demi diri dan kelompok, orientasi sendiri, sedang negara dan rakyat, sama sekali tidak ada dalam pemikiran mereka.

Alangkah naif dan mengerikan jika benar-benar pimpinan dewan kena resufle hanya karena karpet merah. Apa kata dunia, ada ketua dewan terdandung karpet merah.

Mendesak untuk meningkatkan kinerja dan prestasi bukan asal pemerintah terhambat. KPK juga akan kacau ketika sapu bobrok ini harus menyeleksi. Orang buruk memiliki kecenderungan mengatakan orang lain juga buruk, sikap curiga berlebihan. Kita bisa melihat cara mereka meremehkan pemerintah dan pansel KPK yang jelas-jelas jauh lebih profesional.

Waktunya memberikan yang terbaik bagi negara bukan hanya cari untung sendiri. Puas atas dendam pribadi dengan mengorbankan negara. Rekan jelas salah dibela mati-matian, yag dianggap rival kerja mati-matian malah dicurigai.

 

Salam Damai

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun