Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gaya Hidup dan Falsafah Anak Polah Bapa Kepradah

5 Mei 2023   17:44 Diperbarui: 5 Mei 2023   17:53 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup: Kompas.com

Gaya Hidup dan Anak Polah Bapa Kepradah

Akhir-akhir ini, begitu banyak pemberitaan dan pembicaraan mengenai nasib atau keberadaan orang tua, baik karir atau kehidupannya berbalik 1800 karena perilaku anaknya. Kisah pertama ketika Rafael Alun Trisambada berdarah-darah karir dan kehidupannya karena perilaku kekerasan anaknya pada anak lain.

Tidak lama kemudian ada polisi perwira menengah juga kena pecat dan kasusnya menyeret-nyeret karir dan kekayaannya. Lagi-lagi anaknya menghajar rekannya. Miris. Si bapak ada di tempat kejadian anaknya melakukan kekerasan.

Kasus lain adalah Gubernur Lampung dan jajarannya yang merasa jengkel atas kritikan ataupun nyinyiran anak muda, rakyat juga sebentuk anak dari bapak selaku pejabat. Nah bak kebakaran jenggot dan melakukan apa saja. Termasuk ketika ada kunjungan presiden, mendadak jalan mulus dalam sehari.

Pendidikan

Tentu bukan berbiara semata sekolah. Pendidikan dalam konteks ini tentu lebih banyak di dalam rumah tangga atau keluarga. Keteladanan dan contoh sebagai guru utama di tengah-tengah keluarga. Wajar ketika pembina, pendidiknya, orang tua ternyata 11 12 dengan si anak. Tidak mungkin  anak yang dididik dengan lembut melakukan kekerasan.

Pembiaran. Di tengah keluarga cenderung tidak ada damai, kasih sayang, kehangatan sebagai satu keluarga. Bisa jadi rumah bak hotel, halte, atau rumah singgah, tidak saling  kenal. Tentu dalam artian mengenai kerinduan, keinginan paling dalam, tidak sekadar materi.

Anak hanya dididik dan dibesarkan dengan uang, materi, kemewahan, dan keenakan. Lalai cinta dan perhatian. Fokusnya materi bukan kepenuhan jiwa dan mental.

Memanjakan.  Anak dibiasakan dilayani, karena adanya uang, bisa membayar, si anak dibesarkan dengan kemudahan dan kemewahan bahkan. Sikap ini akan membawa pribadi yang tidak memiliki empati dan simpati. Semua ada dilayani dan sangat mungkin mereka marah ketika layanannya salah atau tidak sesuai kehendaknya.

Abai perjuangan. Proses, usaha itu bagian utuh manusia. Nah, ketika itu semua tidak pernah dilakukan, mereka menjadi pribadi yang abai akan nurani, hati, dan kepedulian.  Uang bisa membeli segalanya. Padahal hidup tidak juga demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun