Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Judicial Review Menggunakan Yusril, Gerombolan Moeldoko Pasti Menang?

24 September 2021   15:50 Diperbarui: 24 September 2021   18:42 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judicial Review AD-ART Demokrat Menggunakan Jasa Yusril, Gerombolan Moeldoka Menang?

Masih saja berseri drama Demokrat. Main tarik ulur kubu Moeldoko sangat menguras emosi kubu AHY-SBY. Cerdik. Mereka paham, karena sikap emosional SBY yang dipermainkan. Ini soal spikologi politik. Berbeda ketika Yusril Ihza Mahendra masuk yang menggunakan terminologi hukum. Permainan sangat menarik.

Mengapa tarik ulur? Kasus ini sudah sangat lama. Berbulan-bulan, terkatung-katung, saling menang dan kalah seolah hanya sebuah permainan yang memang bagian dari skenario. Berjalan sepanjang tahun dengan perang opini, buzzer, dan juga pernyataan dari kedua kubu. Cukup menarik adalah, pola pertahanan kubu AHY yang malah lebih galak, malah menimbulkan sebuah tanya.

Sampai-sampai pernah SBY dikatakan menyesal menjadikan Moeldoko Panglima TNI. Ini sudah kelewatan, itu jabatan politis-militer, benar ada di dalam hak presiden, toh melibatkan Wajakti, DPR, pula.  Terutama juga pangkat Moeldoko sendiri yang tidak mungkin diberikan oleh SBY. Jadi ini adalah berlebihan.

Kali ini, menghadapi judicial review, elit Demokrat, menyematkan istilah gerombolan pada kubu Moeldoko dan kawan-kawan. Sangat tidak patut di alam demokrasi, modern, terdidik, anggota dewan pula. Ini bentuk kepanikan yang nyata.

Sebelum tengah tahun lampau, usai pengajuan kepengurusan kubu Moeldoko ditolak KemenkumHAM, telah santer bahwa Ad-ART Demokrat kubu AHY-SBY  itu aneh dan lucu. Para pendiri Demokrat juga beramai-ramai mengatakan SBY bukan pendiri dan akan menggugat itu sebagai sebuah kepalsuan dan sebentuk pengaburan sejarah.

Tiba-tiba semua senyap dan diam, dan malah AHY-SBY dan belakangan juga Ias lebih sering menyerang pemerintahan dan Jokowi selaku pribadi. Tidak ada tindakan hukum apapun atas itu, juga kubu Moeldoko hanya diam saja tidak merespons.

Pilihan-pilihan istilahnya ngeri dan mempertontonkan keadaan psikologis partai Demokrat yang lagi terguncang. Ada kudeta, ada mangkrak, menyesal memberikan jabatan, dan banyak hal yang sejatinya adalah bentuk mekanisme pertahanan diri yang berlebihan. Tudingan pada buzzer untuk dibubarkan, padahal mereka juga membayar untuk itu.

Beberapa hal cukup menarik dicermati, dengan keberadaan Yusril Ihza Mahendra dalam penanganan judicial preview ini.

Dulu, sempat ada Munarwan yang menjadi pengacara kubu AHY-SBY. Sekarang, kala pembela itu ada dalam bui, layak ditunggu akan membawa siapa? Bambang, atau Denny, atau malah Amir Syamsudin yang akan turun gunung. Jika ia, patut ditunggu keseruannya di dalam menghadapi persidangan.

Yusril ini pernah beberapa kali menang menhadapi kasus yang ditanganinya melawan pemerintahan, SBY terutama. Nah, ini layak menjadi preseden buruk bagi kader Demokrat. Pantes kalau mereka meradang dan panas dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun