Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo ke Mana?

2 April 2021   06:47 Diperbarui: 2 April 2021   06:51 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: merdeka.com

Prabowo ke Mana?

Jadi ingat setiap Jumat, masa prapilpres, apalagi kalau kampanye, lini massa media sosial dipenuhi dengan pertanyaan retoris sekaligus juga lucu-lucuan bertanya Prabowo Jumatan di mana.  Ini sih hanya sebuah guyonan politik yang menggelitik.

Dalam falsafah Jawa dikenal dengan guyon pari kena. Maknanya sih mendalam, bagaimana ia yang dikelilingi orang dari kalangan agamis, semua-mua dasarnya adalah agama, apapun akhirnya agama, tetapi religiusitasnya semua juga pada paham.

Tak terasa guyonan itu sudah dua tahun lewat. Kini muncul lagi, ketika begitu banyak aksi teror, Prabowo sebagai menteri pertahanan sama sekali tidak terucap apapun.  Maka tidak heran, netizen kembali menayangkan penggalan judul-judul ketika Menhan Ryamizard Ryacudu menjabat jabatan itu. Tegas, lugas, dan  apa adanya.

Eh malah tiba-tiba mdia arus utama memunculkan soal telponan Menhan Prabowo dengan pihak Amerika soal Natuna Utara.  Itu memang bagian dari tugas Menhan, mengenai pertahanan. Toh jangan dilupakan, pertahanan dari dalam juga masuk dalam tanggung jawabnya.

Mengapa Prabowo diam?

Ia tampaknya masih berharap untuk 24. Maka ia tidak akan frontal berhadapan dengan "kawan" lama ini. Ia paham dengan baik siapa-siapa saja yang ada di dalam aksi-aksi ini, dan mereka ini juga bersama dalam dua perjuangan demokrasi bersama.

Prabowo tahu dan paham, ia telah banyak mengecewakan  "kawan lama" ini karena "menyeberang dan ikut gerbong rival politiknya dalam dua kali pilpres. Berbeda dengan para "kawan lama" dalam menilai rival politik.

Demokrasi, rival ya saat pemilihan. Ketika sudah selesai, ya bisa saja kolaborasi. Tentu berbeda dengan siapa-siapa dalam kubu "kawan lama" ini. Soal ideologis.

Menghardik bak Menhan Ryamizard Ryacudu jelas tidak akan mungkin. Berbeda, RR adalah jenderal  lapangan, Prabowo sudah menjadi politikus, bukan seorang jenderal lapangan murni lagi. Berbeda tentu saja dalam bersikap dan menghadapi potensi kawan dalam gelaran pemilu.

Cerdik dengan menguarkan berita soal Natuna Utara atau China Selatan, publik akan tertarik perhatiannya, karena ini menyangkut hegomini dua kekuatan dunia, China dan Amerika Serikat. Mencakum lingkup regional kawasan, ada Vietnam, Malaysia, dan ini bukan barang sepele.

Permainan politik yang jelas dalam sbuah bingkai, rancangan, dan strategis untuk bisa tidak usah bersikap mengenai aksi teror. Tetapi masih terlihat nasionalismenya bersama pemerintah. 

Ini lho, ada yang lebih gede, itu mah kecil, begitu kira-kira apa yang mau disampaikan Prabowo. Ada dua naga mau bertempur, jangan pikir cacing.

Padahal cacingan yang tidak dikelola dan diobati dengan semestinya, bisa menjadi bahaya dan mengancam nyawa juga. Lha jangan-jangan naganya juga memasukan telor caci untuk melemahkan badan Indonesia. Kan celaka.

Persoalan Natuna Utara memang penting, tetapi, jangan anggap sepele juga aksi terorisme. Sikap yang harus ditunjukkan Prabowo. Ini juga potensi suara lho, jangan salah.

Jika saja, ia bisa bekerja seperti Menteri PUPR, atau Menteri Keuangan, ia sangat mungkin mendapatkan simpati dari para pemilih Jokowi kemarin. Sangat terbuka kemungkinan ini, karena toh Jokowi sudah tidak akan bisa maju lagi.

Nah, ketika Prabowo diam saja, potensi itu sangat mungkin mengecil, karena dianggap sama saja. Oh masih tidak berubah, bersama-sama dalam barisan yang sama dengan yang sudah-sudah. Potensi itu tidak berkembang, dan mentok pada angka potensi yang sama.

Sikapnya soal Rizieq Shihab juga sama saja. Potensi rusuh itu juga menjadi urusan Menteri Pertahanan lho, benar ada Kapolri, tetapi bagaimana pertanggungjawaban moral Menhan, jika bangsa lemah?

Dalam penangkapan dan pemeriksaan, juga terungkap akan ada bom ketika persidangan. Ini lagi soal pertahanan. BIN, Polri, dan juga Menhan harusnya ada, hadir, dan menjadi satu kesatua utuh untuk menangani masalah ini.

Tentu saja Prabowo dan tim sudah memiliki pilihan, dan itu konsekuensi yang harus ia tanggung secara politik. Semua terbuka dengan sangat jelas bagaimana Prabowo itu.

Terima kasih dan salam

Susy Haryawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun