Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yahya Waloni di Antara Nabi Gagal dan Nabi Sukses

1 Maret 2021   19:03 Diperbarui: 1 Maret 2021   20:22 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nabi Gagal dan Nabi Berhasil ala Yahya Waloni

Cukup memerahkan telinga bagi yang berkuping tipis. Tapi bagi saya pribadi mana duli. Keberhasilan seorang utusan itu yang menakar Pengutus. Mau apa dengan lingkungannya juga terserah.

Apalagi sudah ribuan tahun terjadi dan berlangsung. Siapa yang gagal dan sukses itu sederhana kog. Bagaimana dampaknya. Yesus memang gagal karena toh murid yang dibina malah menyangkal dan berkhianat.

Lebih memilukan itu ketika buku pelajaran anak sekolah yang bermuatan ngaco. Ada yang usil soal politik. Eh ada buku agama, jangan baper ini Buku Ajar Kristen, ditulis orang Kristen tetapi isinya ngaco.

Apalagi ketika buku ajar agama ditulis bukan penganutnya. Apalagi ahlinya. Beda kasus. Klaim sendiri sangat mungkin.

Mirisnya adalah sikap intoleran menjadi-jadi, ketika agamanya sendiri tidak boleh disentuh, tetapi mengulik agama lain dengan sikap yang menghakimi. Kan aneh tidak suka dan tidak doyan soto tetapi mengatakan soto pasti tidak enak, lha tahu dari mana coba.

Agamanya paling benar dan baik itu khas manusiawi, Hal yang wajar. Menjadi kurang ajar ketika kebenaran yang ia akui, imani, dan kadang klaim itu dikuti dengan menyalahkan, merendahkan, dan menghakimi yang lain jelek, salah, kadang sesat.

Sepanjang diakui Pancasila dan UUD bahkan, tidak elok menilai pihak lain itu lebih buruk dari yang diyakini. Fanatik itu harus, tetapi ke dalam bukan keluar.

Beragama itu bukan penjual kecap yang merasa diri pasti nomor satu. Biar saja adanya. Jangan menakut-nakuti pihak lain dengan kebenarannya sendiri. Atau menyalahkan cara pihak lain di dalam memahami imannya.

Kan aneh, ketika suka nasi goreng mencela nasi rames sebagai hal yang buruk. Tapi ngamuk ketika dikatakan nasi goreng apa enaknya.

Miris bangsa ini mabuk agama. Daya rusaknya lebih parah dari sekadar mabuk alkohol yang malah diributkan seperti selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun