Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ambroncius Nababan dan Janji Kapolri

28 Januari 2021   19:58 Diperbarui: 28 Januari 2021   20:28 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah ini adil?

Keadilan itu tidak hanya sama semua. Ada pula keadilan yang berbeda. Lihat saja, apakah orang tua yang membelikan kakak baju lebih besar dan harga berbeda itu tidak adil dengan adiknya? Adil pula itu, sesuai dengan kepentingannya. Kepentingan tentu bukan kepentingan pribadi dan kelompok, namun  bagaimana kerugian paling kecil yang menjadi prioritas. Minus malum, memilih yang terbaik dan yang terburuk.

Masih utopis jika bicara keadilan, kesetaraan, tanpa menimbulkan gejolak. Pigai juga bisa dituntut berperilaku rasis. Sama dengan yang ditudingkan pada Ambroncius. Lihat, siapa-siapa yang berteriak membela kedua kubu. Kata akhirnya itu apa, salawi.

Nah apakah iya, demokrasi yang dibangun susah payah, mahal, itu harus dikalahkan oleh emosional seseorang? Tidak. Risiko paling kecil yang harus diambil, dan ingat kembali ke pedoman anak kecil di atas. Apakah kakak yang ditegur bapak karena adiknya nakal itu juga perilaku tidak adil? Karena adiknya belum paham, ya pelan-pelan, bukan berarti bapaknya tidak adil.

Nyesek bagi yang berpikir dan berwawasan terbuka memang. Mengapa harus "selalu" mengalah. Pengalaman Ahok bisa menjadi cermin. Bagaimana ia dengan gagah menghadapi itu. jangan malah menggunakan Ahok dikatakan babi dan lain-lain tidak marah. Beda.  Jangan samakan tingkat pemahaman, ketersingunggan, dan molitik yang sama.

Mengapa tidak diubah, menjadi adem seperti Jokowi-Ahok, sehingga negara tidak riuh rendah. Ingat, mereka yang provokatif, agitatif, kalau tidak dijawab akan diam. Mana ada sing orang ngamuk-ngamuk dicuekin makin kalap. Tidak ada. Yang ada malah bingung sendiri.

Mengaku relawan, klaim sebagai pendukung, tetapi perilakunya jauh dari yang didukung, malah ikut-ikutan yang menyerang. Tidak mudah memang. Berjalan dalam sunyi ala Jokowi Ahok itu perjuangan dan sekaligus tantangan. Mereka bisa kog, berarti bukan barang mustahil bukan? Sukar memang, tetapi bisa.

Revivo.id
Revivo.id
Kapolri sudah berjanji dan sudah dilakukan. Jadi konsekuensi logis, bahwa Ambroncius jadi "tumbal", atas perilakunya sendiri. Pembelaannya yang mengatakan itu privat bukan suku, atau Ahok tidak marah, tidak bisa dan tidak cukup membuatnya lepas dari pertanggungjawaban hukum.

Apakah adil, ketika pihak lain leluasa melakukan hal yang sama? Ya tunggu waktunya bisa berlaku demikian. Orang berjalan itu dulu juga diawali dengan merangkak. Semua butuh proses. Kesabaran dan tidak emosional sangat membantu untuk lepas dari jerat hukum. Beraksi itu tidak salah, namun ketika reaksi itu berlebihan ya tanggung sendiri.

Jokowi benar saja dipersalah-salahkan, apalagi pengikut atau yang mengaku pendukung setianya ngaco, ya akan diikut-ikutkan. Membela itu tidak bak babi buta, memikirkan risiko dan apa dampaknya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun