Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Duta-duta Ngaco, Raffi Ahmad Paling Beda

23 Januari 2021   19:05 Diperbarui: 23 Januari 2021   19:13 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mendapatkan sebentuk penghargaan karena menjadi duta, tanya yang sama, apa tidak ada artis lain yang lebih tertib hukum, taat aturan lalu lintas, kog memilih orang yang melanggar aturan untuk menjadi model dan membudayakan tertib. (kompasiana.com)

Benar bahwa orang yang pernah bersalah akan  lebih bisa mengerti akan kesalahannya, namun apakah demikian? Bisa dilihat perilaku hidup bersama kita selama ini. Bagaimana  terpidana korupsi itu banyak yang mengulangi perbuatannya. Sering kita dengar, jika penjara adalah sekolah kriminal. Main meningkat ilmu kejahatannya sekeluarnya dari bui. Apalagi duta-duta ini, yang mereka mungkin belum sadar kesalahannya.

Manfaat Duta

Sependek pemahaman saya, duta-duta itu dipilih untuk menjadi contoh, model, dan teladan di dalam lingkup yang ia jalani. Misalnya duta vaksin, berarti bahwa ia menerima vaksin dan kemudian hidup sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari kampanye adanya vaksinasi ini.

Duta tertib berlalu lintas, juga sama saja, bagaimana figur itu menjadi pionir di dalam tertib berlalu lintas dan masyarakat mendapatkan edukasi dengan keberadaan duta itu. Perilaku mereka sudah sangat sesuai dengan aturan yang ada, sehingga menggerakan orang untuk ikutan tertib.

Pun duta Pancasila, sama saja. Harapannya adalah kampanye Pancasila jiwa dan hidup bangsa ini menjadi semakin membumi di Nusantara. Tetapi apakah itu semua terjadi?

Evaluasi

Negeri ini lemah dalam sisi evaluasi. Seolah tidak ada malah. Lihat saja selalu sama ujungnya. Mudah ketebak sejak awal. Pola pemilihan duta atau utusan usai orang melanggarnya, pun hasilnya seperti apa seolah menguap begitu saja.  Hampir dalam banyak kegiatan dan isu hal ini terjadi.

Pada posisi lain, ketika memilih menjadi apapun sering hanya melihat satu sisi atau satu aspek, ketenaran misalnya, tanpa mau tahu sisi lainnya yang kadang  menjadi batu sandungan selanjutnya. Mirisnya kog selalu saja terulang.

Kesadaran. Hal yang jauh dari tabiat, kebiasaan, dan perihidup bersama kita di dalam hidup bersama. Lebih memilih kehebohan dari apa yang seharusnya dilakukan.

Kurang berjarak. Ketka heboh ribut dengan berbagai-bagai analisis dan kepakaran dadakan, namun kadang juga abai akan sisi yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun