Kabinet dan Etalase Pilpres 2024
Kabinet ini berisi generasi relatif muda dan bisa menjadi penerima tongkat estafet kepemimpinan dari Pak Jokowi yang masih cukup muda juga. Biasanya presiden di Indonesia sudah memasuki usia senja ketika menyerahkan guliran kepemimpinannya. Pun masih banyak yang pengin nambah dan seolah belum terlalu rela untuk melepaskan itu. Wajar sih kan enak.
Pun generasi tua yang masih juga mencoba peruntungannya tidak kurang-kurang banyaknya. Dalam kabinet sekarang yang relatif senior dan masuk dalam bursa survey para kandidat 2024 hanya Mahfud MD dan selaku Menkopolhukam. Tanpa menepikan nama Prabowo karena toh ia tampaknya masih akan ikut dalam pemilihan lagi. Tetapi dengan melihat perjalanannya kog lebih baik ia menyerahkan kepada kader terbaiknya saja.
Prabowo saatnya seperti kata Megawati yang mengatakan malu kalah dua kali, mosok mau kalah ketigakalinya. Pilihan realistis, apalagi mendorong kadernya yang ternyata bisa berbuat lebih banyak, dengan cara baru, dan juga dampak cukup signifikan. Jauh lebih bermanfaat dan bermartabat ketika mengatakan semua sudah selesai dan cukup. Toh layak juga jika mau dikupas kiprahnya di dalam pemerintahan kali ini.
Mulai saja dari Prabowo
Apa yang ia nyatakan dalam kampanye dan debat pilpres dua kali tidak memberikan cukup fakta yang ada di dalam kinerjanya setahun ini. Malah anak angkatnya yang ia angkat dari got pertama kena OTT. Mau politis atau masih pro kontra, itu fakta yang sudah terjadi. susah melihat Prabowo bisa berbuat lebih banyak.
Melihat perilaku Fadli Zon membuat publik makin enggan mempercayakan kepada Prabowo menjadi penerus Jokowi. Makin kelihatan kapasitas Prabowo. Memang Prabowo secara politik dan keterpilihan masih cukup besar dalam survey, ketika melihat kinerjanya tampaknya tidak cukup  menjanjikan ia sebagai presiden.
Partai memang aman, di mana keberadaan partai politik itu masih cukup menentukan di dalam peta perpolitikan bangsa ini. Toh itu  semua belum cukup.
Mahfud
Masih cukup  patut diperhitungkan. Kematangan dalam banyak segi ia layak menjadi kandidat RI-1 atau RI-2. Kemarin sudah tinggal setahap lagi, karena dinamika politik yang jauh lebih penting dan gedelah yang membuatnya terpental. Toh tidak membuatnya meredup, dan di dalam kabinet masih cukup layak menjadi salah satu kandidat yang patut diperhitungkan.
Kelemahan tampaknya pada parpol yang kurang solid untuk menjadi kendaraannya. Kecuali ada hal besar yang terjadi kemudian dan menjadikan parpol berpaling kepadanya. Masih ada waktu untuk itu.