Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dua Kapolda dan Dua Kapolres Menjadi Korban Arogansi

16 November 2020   21:00 Diperbarui: 16 November 2020   21:06 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dua Kapolda dan Dua Kapolres Menjadi Korban Arogansi Sepihak

Maunya membuat judul bombastis, empat kepala kepolisan menjadi korban lontre, tetapi saya sendiri tidak pernah menggunakan istilah sangat buruk itu, maka berkali ulang saya timbang-timbang. Ujaran itu pun bukan yang utama, ada nada klik bait dan sensasional kosong pula.

Penanganan di bandara dan juga acara keagamaan kemarin itu tidak gampang. Sangat-sangat sulit, karena salah langkah ambyar semua keadaan terburuk terjadi. Skenario yang  serba salah bagi aparat, represif banyak korban, "mendiamkan" jabatan taruhannya. Ya risiko memang demikian. Karena keadaan yang memang pelik.

Apa yang terjadi di lapangan itu adalah display, tayangan semata, yang kasat mata, dan itu dilakoni para pemain garda terdepan yang tidak tahu apa-apa.  Jelas pertimbangan rasional perlu berpikir sangat masak dan mendalam.

Pun dipahami, bagaimana aksi lanjutan, jika ada pencegahan, pelarangan, dan apalagi jika sampai pembubaran acara. Narasi mengerikan bisa ke mana-mana, dan itu yang dimaui para  penggerak pemain ini. Jangan salahkan penegak hukum atau pemerintah. Mereka diam, itu kan sudut pandang "penonton" yang hanya melihat sedikit sekali sisi yang  menjadi acuan penegak hukum dan pemerintah.

Pilihan pelik itu tetap saja akan sama bagi keempat kepala kepolisian ini. Membiarkan adanya pelanggaran protokol kesehatan seperti  kemarin, diganti. Pun kalau misal tidak memberikan izin, toh acara itu tetap berlangsung. Sama juga akhirnya karena tidak akan bisa menindak, mutasi juga.

Pilihan lain, tidak memberikan izin dan melarang adanya kegiatan itu, memangnya bisa, ketika ada pejabat lain yang seolah memberikan lampu hijau dan bahkan sangat mungkin hadir pula di sana. Ujung-ujungnya adalah sama, mutasi. Paling bedanya adalah kemungkinan di masa depan karirnya seperti apa.

Arogansi

Si pion ini memang memiliki begitu banyak pengikut setia, dan banyak pihak yang menggunakan jasa yang memang sudah terbukti sukses pada masa lampau. Sebenarnya, si pion ini juga tidak paham-pahm amat kog dengan apa yang terjadi. Yang penting ia punya orang untuk berbuat kacau, menekan publik dan pemerintah dengan aksi-aksi yang intelijen sudah paham.

Kekuatan dalam kumpulan massa dan agitasi yang selalu begitu-begitu saja itu yang menarik para "pemesan" dengan beragam kepentingan. Ada mafia, ada politikus yang mau mempertahanka harta, ada pula politikus haus kuasa yang mau tetap berkuasa, ada pula petualang yang selama ini menjadi penguasa ini dan itu.

Hambatan hanya satu pemerintahan yang kuat dan solid. Di tangan Jokowi yang memimpin pemerintahan ini memang menyulitkan banyak pihak. Narasi dan suara yang dibangun dalam setiap aksi kelompok ini selalu Jokowi turun. Pemilu tidak berani ikut, tetapi ngisruh terus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun