Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemakzulan dan Hukum ala Netizen

6 Juni 2020   11:52 Diperbarui: 6 Juni 2020   11:54 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada posisi lain, bagaimana capaian presiden itu justru menjadi kendala karena banyak kran mampet dan itu dengan telak dimainkan oleh tim Prabowo. Ternyata orang baik itu melakukan tugasnya tanpa perlu dikoordinasikan.

Masa kampanye mmenunjukkan bagaimana "hukuman" bagai sebuah platform penjualan. Dihajar ramai-ramai sampai pada point yang sangat rendah. Hanya karena pemiliknya salah dalam bersikap yang membuat orang jengah.

Awal tahun media Tempo yang mengulang-ulang terus narasi dengan gabar cover mereka soal presiden. Sikap yang sama terjadi hukuman dalam applikasi Tempo turun sampai angka satu (1). Eh Detik hari-hari ini juga mengalami hingga angka dua (dua). Apakah ada koordinasi? Sependek pengalaman tidak ada gerakan uninstall ini dan itu. lebih heboh soal jokowinyusahin atau jokowitumbangrakyat senang.

Mereka, kubu yang memojokkan pemerintah selalu menjadi trending dalam media sosial. Nah jangan kemudian seolah menepuk air terpecik muka sendiri. Dua pihak yang menuding buzzer yaitu YLBHI dan Refli Harun, lah memangnya ada gerakan atau taggar untuk ini dan itu? Tidak ada ah di sosmed sekalipun.

Ungkapan kekecewaan di media yang bersangkutan juga cenderung karena ngaconya mereka akhir-akhir ini di dalam pemberitaan. Tidak soal pembelaan atau dukungan lagi.

Sebenarnya massa termasuk warganet kalau menghukum itu lebih keras. Mereka bisa serentak tidak mesti dikomando. Dalam pemilu ada banyak tempat dengan pasangan nol (0), tanpa pemilih artinya jelas bagaimana rakyat itu bersikap.

Jadi, lebih baik para pengusung pemakzulan, impeachment, atau tuntutan mundur itu mbok coba ikut dalam pemilihan, kalau menang suka atau tidak ya akan jadi pemimpin negeri ini. Jangan hanya halusinasi dipuja sebagian besar anak negeri dan merasa lebih presiden.  Pembuktiannya sederhana kog, dan itu dijamin UUD, dirikan partai, ikut pemilu, dan menang. Tidak semata merasa diri gede tanpa isi. Miris lagi punya partai dan kalah terus merasa lebih mampu dari pemenang pemilu.

Media, lebih baik fokus menjadi panglima dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dengan pewartaan mereka. Permainan politik semakin menjerumuskan media pada tataran yang amburadul. Membela bak babi buta pun mencela tanpa kenal ampun dan tidak jarang ngawur.

Bangsa ini gede, sukses, dan sudah jelas dengan nilai tukar mata uang yang bagus. Kerja sama akan membuat makin keren lagi, lha kalau malah yang kerja dimaki dan memuji pemalas kan malah lucu.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun