Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Luhut, Said Didu, dan Duit

9 April 2020   18:27 Diperbarui: 9 April 2020   18:24 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sederhana, bukan saja elit, ada relawan, SJW, dan pelaku media sosial yang demikian juga. Bagaimana masa menjelang kampanye pemikiran mereka, ketika kemenangan atau masa pengumuman, dan ketika kabinet dan adanya peluang masuk KSP atau komisaris di BUMN. Mereka kelihatan warnanya. Mana yang konsisten, mana yang menjadi marah, dan atau menjadi galak luar biasa.

Konsistensi dalam melakukan kritik untuk segala kepentingan dan pemerintah jelas baik dan bagus. Namun ketika mendadak galak atau mendadak gagu, lha ini tanda tanya gede. Ada apa, dan cek saja tulisan atau pernyataannya.

Klarifikasi.

Jika memang tidak salah, mengapa beri klarifikasi. Bagus hadapi di meja hijau, biar untuk pembelajaran bersama.   Dan klarifikasinya pun nadanya masih sama. Setuju, dan benar, bahwa covid harus mejadi prioritas, namun toh mengapa harus menuding orang. Itu masalah.

Persoalan permintaan maaf memang bukan ranah bertata negara. Itu adalah personal yang tidak akan menjadi pembenar dalam tertib hukum sebenarnya. Lanjutkan saja ke meja hijau. Jika demikian, biarkan hakim yang menilai itu kritik atau malah fitnah.

Sering orang dengan mudah menulis, memposting, mempublish, atau menyatakan ini dan itu dengan tanpa dasar. Dan ketika ditangkap polisi ada berbedaan, elit akan menuding lanjutan pemerintah otoriter dan anti kritik. Padahal jelas kritik dan fitnah jelas jauh berbeda.

Level akar rumput, biasanya akan mengaku khilaf, bukan itu maksudnya, dan sejenisnya. Tidak mau bertanggung jawab dan menyalahkan pihak lain. Miris  pola kinerja dan pola pikir mereka.

Kelas menengah biasanya akan mengaku kalau akunnya dibajak. Tidak merasa bersalah atas kesalahannya namun malah melebar ke mana-mana dan lagi-lagi ujungnya biar dilupakan.  Toh sama saja dari ketiga tingkatan, abai akan tanggung jawab.

Bagus jika Luhut melanjutkan ini menjadi kasus hukum. Mengapa? Biar ada keteladanan, sikap bertanggung jawab dan memberikan contoh semua ada akibat yang perlu dipertanggungjawabkan, bukan asal bicara. Atau juga jika memang Said ternyata benar di mata hakim, pejabat juga bisa salah dan perlu memperbaiki diri.

Pesimis, banyak pihak yang merasa semua akan berakhir seperti yang sudah-sudah, terlupakan demikian saja. Padahal penting adanya sikap bertanggung jawab. Siapa benar dan siapa salah. Penyelesaian politik sering tidak memberikan dampak baik bagi tertib hidup bersama.

Contoh dan keteladanan buruk, ketika orang bisa seenaknya berbicara tanpa dasar bagi siapa saja. Tidak perlu  bagi presiden atau pejabat tinggi, bicara sembarangan dan tidak berdasar bagi pihak lain perlu dikurangi. Mengerikan, ketika bangga sebagai negera religius, namun mulutnya bisa seenaknya bicara, kadang tanpa dasar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun