Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Isu dan Hoaks Corona, Paus Fransiskus dan Fahira Idris

1 Maret 2020   21:05 Diperbarui: 2 Maret 2020   08:25 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus terlihat menyeka hidungnya ketika memimpin Misa Rabu Abu pada 26 Februari 2020. Absennya Paus pasca-gambar tersebut mencuat memunculkan sebuah publikasi bahwa pemimpin Gereja Katolik itu terkena virus corona. Pihak Vatikan membantah, dan menyatakan Paus Fransiskus kurang enak badan.(AFP/ALBERTO PIZZOLI)

Cukup menengangkan ketika media sekelas Tempo bisa salah dalam menurunkan berita. Paus menderita corona. Memang jika itu benar akan mendapatkan hits cukup besar. Nama Paus menjual plus corona. 

Mirisnya, tidak melakukan cek dan ricek terlebih dahulu. Ketika di grup media percakapan ada yang membagikan, karena media yang cukup besar, ya percaya saja.

Ternyata tidak lama kemudian ada yang menemukan bahwa itu bukan berita yang semestinya. Era kecepatan seperti ini, apalagi kebesaran media tergantung hits dan keterbacaan, sangat mungkin paham siapa cepat dia dapat menjadi sebuah panglima dan kredo. Lumrah, tetapi perlu hati-hati.

Beberapa hal yang bisa terjadi, baik serius, becanda, ataupun liar ke mana-mana adalah sebagai berikut:

Akan ada narasi, mau becanda atau sinis, Paus kualat usai memukul perempuan dan terjangkit corona. Benar bahwa beberapa pekan lampau Paus Fransiskus jengkel sehingga menepiskan perempuan yang bersalaman dengannya.

Berbagai tanggapan muncul. Ada yang bisa memahami, tidak sedikit yang mengomentari dengan cukup kasar dan mengatakan tidak pantas. Tanpa melihat kondisi yang ada. Bagaimana tidak jengkel, ketika orang sudah lebih dari 80 tahun bersalaman dengan ditarik.

Usai itu Paus mengundang Ibu itu dan mengulangi permohonan maafnya. Padahal sebelumnya sudah mengakui kesalahan dan tidak layak bersikap demikian secara publik, dalam sebuah pidato.

Atau, yang mengaitkan dengan agama dan kutuk atau kafir. Noh Paus, simbol kekafiran telah terjangkit penyakit terkutuk. Ini hal yang sangat mungkin, di tengah iklim mabuk agama. Manipulator agama akan menggunakan segala cara demi menaikan rating kelompoknya. Mau benar atau salah mana peduli.

Paus sangat rentan untuk terkena corona. Mengapa?

Posisi Paus yang setiap waktunya menemui begitu banyak orang, bersalaman, kadang memeluk dan mencium dengan hangat. Satu di antaranya sangat mungkin mengidap corona. Baik ketika di lapangan ataupun audisi di dalam ruangan beliau. Toh di Italia sendiri Liga Seri A pun ditunda karena mulai merebak virus ini.

Keadaan dan usai Paus yang sudah demikian tua. Suka atau tidak, toh usia tidak bisa disembunyikan, tidak bisa diabaikan. Menghadapi keadaan seperti ini, sudah masuk kelas wabah lagi. Ini faktor kodrat juga.

Paus ini juga sejak mudanya hanya tinggal memiliki satu paru-paru. Kembali daya tahan tubuh jelas lebih riskan dibandingkan orang kebanyakan.  Jadi sangat mungkin dengan melihat kebiasaan, usia, dan keadaan tubuhnya sendiri.

Jika pun terjangkit, itu juga bukan hal yang luar biasa. Mengapa? Paus itu manusia, bukan setengah dewa, bukan pula setengah malaikat. Ia adalah manusia kelahiran Argentina, yang sedang menjabat Uskup Roma atau Paus. Sebenarnya hal yang normal, sama dengan warga di Wuhan, di Iran, arau di manapun berada. Tidak ada bedanya.

Paus pada kondisi tidak enak badan biasa. Kelelahan sangat mungkin, karena sedang memberikan dukungan pada penderita corona, ditafsirkan terjangkit corona. Asumsi dan spekulasi yang sangat biasa sebenarnya.

Sore ada pemberitaan jika Paus memimpin Misa. Artinya tidak enak badan yang dinyatakan itu benar. Tidak enak badan biasa, bukan corona. Tidak akan bisa disangkal lagi, jika berita terjangkit corona itu hoax semata.

Dampak cukup signifikan jika Paus terjangkit corona. Mengapa? Simbol. 

Ini memang semata lambang saja, namun spekulasi sangat mungkin menjadi liar ke mana-mana. Posisi Paus ini juga strategis dan politis. Jangan dikira di sana lepas kepentigan politik. Nah yang ambisius tentu bisa mengipas-kipasi ini menjadi besar. Siapa tahu jadi pengganti.

Dampak tekanan psikis makin besar. Lihat saja bagaimana begitu banyak, termasuk di dalam negeri saja sampai banyak yang tidak percaya jika bangsa ini tidak ada yang positif terpapar. Lha salahnya apa jika memang tidak ada yang terserang di sini? Memangnya harus ada yang terpapar? Kan tidak.

Lucu juga sekelas senator sampai menyebarkan dalam media sosial, meskipun kemudian dihapus mengenai negara ini ada yang terjangkit virus. Bagaimana bisa menyembunyikan data pasien dengan kondisi semua mata menyorot. 

Lihat Australia merendahkan alat yang dimiliki Indonesia. Atau Amerika yang berkali-kali menyatakan tidak yakin kalau benar-benar Indonesia masih relatif aman.

Sebenarnya kan sederhana, jika memang masih aman syukuri, tetap masih waspada bahwa sangat mungkin terkena. Toh tidak harus. Lha kalau memang bersih mengapa harus mengada-adakan. Ini lucu. 

Ketika virus dikait-kaitkan dengan politik. Atau mau mendirikan partai corona begitu? Jika asing sangat mungkin memainkan narasi kecemasan, lha mbok anak bangsa tidak usah ikut-ikutan.

Literasi bangsa ini rendah, ketika diperparah elit politik dan memanfaatkan media yang enggan melakukan cek dan ricek. 

Mirisnya ketika ada penegakan hukum nanti akan menyerang pemerintah, menuding rezim otoriter, penguasa arogan, padahal dirinya malas mencari informasi secara utuh. 

Apa sih gunanya mencari-cari kesalahan pemerintah, melakukan hal yang sensasional namun minim kontribusi bagi kehidupan berbangsa?

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun