Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Duka SMPN 1 Turi dan Guru Takut Melanggar HAM

21 Februari 2020   20:35 Diperbarui: 21 Februari 2020   20:46 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Duka mendalam bagi keluarga besar SMP N 1 Turi Sleman, Yogyakarta, yang sedang mengalami keadaan luar biasa. Siswanya yang sedang mengadakan kegiatan Pramuka menjadi korban, tenggelam dalam arus sungai yang sedang banjir.

Sore tadi, juga sedang menyaksikan, mirisnya pemikiran seorang guru, yang duduk di samping muridnya yang merokok dan kakinya ditaruh di atas meja. Si guru yang dihujani  pernyataan dan pernyataan sedih dan marah, ternyata takut karena nanti bisa dianggap melanggar HAM.

Kisah kedua ini memang sudah cukup lama, pada tahun 2016 lalu.  Menjadi tergeraak untuk menuliskan, karena dalam kisah tragedi SMP N 1 Turi ini, justru ada kisah sebaliknya. Dalam sebuah ungkapan duka dari UGM menyatakan, jika para guru sudah dinasihati, dieleke, dipenging, oleh masyarakat yang melihat, namun menjawab, bahwa hidup dan mati itu ditangan Allah.

Aa dua hal mendasar yang dilakukan justru oleh pendidik.  Pertama, ketika seorang guru "ketakutan" untuk melakukan tindakan pendidikan atas nama HAM. Ini tragedi pendidikan. Guru ketakutan menyaksikan muridnya yang jelas-jelas tidak patut.

Kaki di atas meja di manapun tidak bisa dibenarkan. Memang akan salah jika si guru memukul kaki itu hingga patah. Toh bisa dinasihati, Nak itu salah, turunkan. Atau masih banyak kalimat lain yang tidak akan mungkin lah melanggar HAM. Entah ini gurunya yang memang ingah-ingih atau anak muridnya preman? Melihat usai gur 51, sudah tidak patut kalah dengan murid. Berbeda dengan anak PPL.

Pengalaman asli, dan sudah berkali ulang saya jadikan ilustrasi di K. Ada anak murid, jauh lebih gede, ketiika praktek mengajar di SMK. Saya yakin kalau ditegur dengan keras akan mengajak berkelahi. Yoh dengan kisah kenduri, si anak menjadi berubah dan malah menjadi baik. Ini asli pengalaman pribadi dan ada perubahan, tidak ada HAM juga.

Si murid ternyata juga merokok di samping si guru. Lagi-lagi ini jelas lebih parah, bagaimana sekolah menjadi kawasan bebas rokok. Guru saja tidak merokok, lha ini malah siswa, di samping guru, merokok lagi. Mohon dengan sangat hormat, ini tidak layak menjadi guru karena tidak mampu menjaga wibawa pendidik di dalam menertibkan siswa.

Ketakutan pada HAM hanya dalih di mana ia penakut. Konsekuensi atas pekerjaan salah satunya adalah berani menegakan aturan. Jelas ada aturan sekolah, pelarangan merokok bagi seluruh warga sekolah, apalagi murid. Sama sekali tidak ada pembenar untuk takut HAM.

Memang hantu HAM bagi guru sangat mengerikan, toh itu tidak serta merta. Jika hanya sekali dua kali dan alasan jelas, polisi, dan pengadilan juga akan menilai dan melihat itu. Berlebihan ketakutan si guru. 

Kisah SMP N 1 Turi

Jika benar, sekali lagi jika benar sebagaimana tuturan ungkapan kemarahan dan duka dari seorang yang menuliskan nama dari UGM yang sudah banyak berseliweran di media sosial dan media percakapan. Ada kata-kata, jika sudah ada nasihat dari warga untuk guru, bahwa kali potensial baniir. Hidup mati ada di tangan Tuhan. Ada beberapa hal yang layak dilihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun