Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Buzzer Politik, Mandulnya Parpol, dan "Kemarahan" Tempo

6 Oktober 2019   11:36 Diperbarui: 11 Oktober 2019   22:43 2718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi buzzer (shutterstock)

Pemerintah  itu bertugas membangun. Dewan, kepanjangan parpol memang mengawasi, ingat pengawasan berarti juga memberikan apresiasi, itu tidak salah. 

Merekalah yang harusnya menjadi buzzer, menggaungkan hasil kinerja pemerintah. Selama ini Zon dengan nyinyirannya,  ke mana dewan yang lain?

Lucu jika si menteri harus berteriak-teriak menyatakan prestasinya. Ketika Zon menyerang Menteri KKP, Susi Pudjiastuti berperang dalam media sosial sendiri, buat apa coba parpol dan dewan jika demikian.  Jangan mau enaknya pemerintah bekerja keras dan mereka diam saja.

Media.

Salah satu pilar demokrasi adalah media. Namun kita juga paham, bagaimana sikap profesionalisme, sikap netralitas media bangsa ini. Cenderung membesar-besarkan kegagalan pemerintah dan menegasi capaian yang ada dengan narasi yang nadanya seragam. 

Lagi-lagi dewan, parpol, dan kadang kabinet pun diam saja. Presiden seolah bekerja sendirian dan masih juga meladeni para penyinyir dari segala lapisan.

Tentu berlebihan jika mengatakan media terbeli, tidak juga, namun bahwa iklim usaha yang selama ini enak, nyaman, dan sudah demikian adanya. 

Atau pemilik media merasa "terganggu" kenyamanan, zona nyamannya terusik, atau kebiasaan kong kalikong menjadi susah, sangat mungkin membuat media bersikap cenderung menjadi lebih oposan dari oposan.

Jika keberadaan media sebagai penyeimbang, penggelora warta, baik positif atau negatif, dan normatif saja sudah berpihak, apalagi parpol memang mandul, dewan apalagi, apa salah ketika ada relawan, pegiat media sosial menjadi agen bagi menggaungnya prestasi pemerintah?

Media terutama media cetak memang sedang menuju pada titik nadir usai memuncak. Itu realitas di mana kecepatan menjadi pembeda dengan adanya kemajuan pesat dunia internet. Ketidaksiapan mengubah paradigma bisa menjadi masalah.

Ketika ketenaran yang dulu menjadi monopoli, seperti Tempo, misalnya, kini dengan hadirnya media sosial, blog, baik tulis atau video, membuat kecepatan media konvensional ataupun online menjadi kalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun