Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo, Siapa yang Mempermalukannya?

5 Juli 2019   09:00 Diperbarui: 5 Juli 2019   10:55 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa Mempermalukan Prabowo?

Ada yang berinisiatif membuat KTP --PS dengan besaran beaya antara Rp.20.000,00 hingga Rp. 90.000,00-an. Ide bagus melihat militansi para pendukung yang demikian besar. Kisaran pemilih sekian puluh juga tinggal kalikan saja dari harga tersebut. Potong bea produksi, jelas ada angka cukup besar.

Namun pihak elit merasa kecolongan dan akan membawa ini pada penegakan hukum dengan tuduhan mempermalukan Prabowo.  Nampaknya menjadi penting  perihal malu ini, dari pada saya tulis kemaluan nanti disemprit, padahal dalam KBBI itu sahih, perihal malu Prabowo. Coba siapa saja yang mempermalukan Prabowo selama ini?

Dirinya sendiri.

Berkali ulang Prabowo mempermalukan dirinya sendiri. Tampang Boyolali jelas fenomenal, dibayar dengan angka nol dalam banyak TPS. Ini serius. Kemudian minum kopi ketika sedang berkumandang adzan magrib. Jelas mempermalukan dirinya sendiri.

Joget di atas panggung debat. Maksudnya meredakan kemarahan dan kejengkelan yang tidak tertahankan. Level capres lho mosok masih emosional. Mempermalukan diri sendiri jelas lebih pas dan patut.

Atau yang mengatakan yang online-online itu ya, ini kan Prabowo sendiri yang lemah dalam data dan bahan untuk debat. Apakah ada pihak lain yang mau dituntut?

Paling fenomenal jelas konferensi pers soal Ratna Sarumpaet. Bagaimana mereka beramai-ramai menyatakan RS digebuki orang cenderung mau mengatakan aparat. Narasi ketidakamanan, mau menemui kapolri, pemerintah abai, dan ketika ketahuan bohong ramai-ramai merasa tidak kenal dan menjadi korban kebohongan juga.

Tim pemenangan dan tim hukum

Belepotan dalam kampanye dan debat jelas ada dalam diri para anggota tim yang katanya ahli dan pakar itu. mereka mengatakan telah menghafal ribuan istilah karena malu soal TPID masa lampau. Jelas mereka hanya fokus pada hal yang tidak prinsip, namun melepaskan konteks secara umum yang menampakan Prabowo belepotan.

Itu hanya sekelumit kemaluan Prabowo, apalagi dengan gugatan ke MK yang penuh drama dan dagelan itu. bagaimana tim hukum sama sekali tidak membawa bukti yang cukup menjanjikan, malah menjadi bahan tertawaan dan candaan. BPN dan tim hukum sama saja.

Petualang yang memanfaatkan Prabowo

Suka atau tidak, Prabowo dan Jokowi itu seimbang, hanya kegagalan dalam beberapa moment semata membuat kekalahan Prabowo seolah sedemikian mudah. Pendukung fanatis cukup banyak, sebenarnya itu penting. Namun ternyata malah dikangkang kepentingan yang penting bukan Jokowi jauh lebih dominan.

Beberapa indikasi dan itu juga memalukan Prabowo. Bagaimana bisa kampanye yang diselubungi dengan sholat subuh kala itu dengan berbagai-bagai varian kekacauan.  Kacau baik politis, agamis lagi yang membuat pemilih mengambang akhirnya tidak yakin.

Menggugat ke MK dengan didahului narasi pp yang kemudian direvisi menjadi pp tipis-tipis, itu jelas berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh Prabowo. Mereka ndompleng Prabowo namun mempermalukannya.

Ungkapan menang dari 52% menjadi 65% melonjak 89% dan turun lagi 56% dan pada akhirnya 44%. Mereka ini hanya orang-orang yang menangguk keuntungan dari Prabowo semata. Sujud syukur yang mengiringi prosentase ini, bayangkan bagaimana mereka tidak memalukan Prabowo?

Prabowowithoutdick. Bayangkan betapa mempermalukan Prabowo dengan gegap gempita padahal sejatinya adalah pelecehan amat sangat. Narasi yang dinyatakan jauh berbeda dengan makna harafiah dari katanya itu. Dunia internasional tahu lho, dan bangga seolah-olah dengan hal itu. bayangkan bagaimana orang dipermalukan, justru oleh pendukungnya sendiri yang tidak kritis.

Pendukung fanatis buta abai kritis.

Selain Pwd itu masih banyak kelucuan lain, sujud syukur, mau menuntut ke Mahkamah Internasional, PBB, dan sebagainya. Nalarnya sama sekali tidak nyambung, namun tetap saja mereka bersikukuh dan yakin kalau benar. Artinya mereka jelas mempermalukan Prabowo semata. Mereka pastinya paham dan tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Elitnya pun setali tiga uang di dalam membangun narasi yang sangat lemah dan mudah dipatahkan. Bagaimana reputasi di militer yang dibanggakan, namun jelas akhir tragis yang ada. Atau mengatakan berpihak bagi bangsa dan negara, toh tanah yang ia miliki juga jauh dari kata peduli pada bangsa dan negara.

Berbagai pihak itu selain mempermalukan Prabowo juga mencari keuntungan masing-masing. Bisa ketenaran untuk  menjadi calon legelatif, kepala daerah, atau jabatan apapun itu. Hal   yang abai dibaca Prab dan lingkaran utamanya.

Mendapatkan kekuatan finalsial. Semua paham bagaimana kekuatan uang kubu mereka. Jangan heran jika banyak yang bancaan dan hasil tidak signifikan. Tanyakan saja mengapa kampanye ramai dan pemilih sedikit, jangan kemudian malah menuding pihak lain curang. Ada yang salah dan ada yang bermain dengan itu. Sederhana banget sebenarnya kog.

Soal KTP ini toh tidak jauh-jauh dari itu semua. Mengurus itu sebagai penggunaan kesempatan dalam kesempitan juga menghabiskan energi Gerindra sendiri. Malunya tidak seberapa, dari pada malu di atas panggung debat atau panggung kampanye.

Kini saatnya membangun citra era awal 2000-an yang tidak ugal-ugalan, menebarkan janji-janji nasionalis, peduli, dan bukan dominan gila kuasa dan penuh kebencian. Menjadi "oposisi" cerdas yang sangat seksi untuk 2024. Jika cerdik memainkan bukan tidak mungkin bisa menang. Namun jika tidak hati-hati, malah diserobot PKS yang sudah mendapatkan keuntungan dari pileg 2019.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun