Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

PKS Si Serasa Soulmate yang Dikadalin Terus-menerus Oleh Gerindra

21 Maret 2019   09:00 Diperbarui: 21 Maret 2019   09:22 1741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hasil survey yang banyak pihak nantikan, Kompas yang sering dinilai lebih obyektif, netral, dan tidak partisan sudah dipaparkan. Salah satu yang menarik adalah prosentase dukungan dari partai politik. Hampir semua tetap ada pada dua posisi.

PKS salah satu partai dengan dukungan relatif ajeg dan tidak banyak mengalami pergolakan. Cukup wajar, bisa dimengerti, dan normatif ketika mereka masih ngarep banyak wakil gubernur DKI. Persoalan yang berkepanjangan yang belum ada titik terang.

PKS serasa jodoh dan sehati dengan Gerindra, sayangnya Gerindra malah anggap biasa saja. Jangan-jangan bak cinta bertepuk sebelah tangan. Kisah klasik, sayangnya tidak ada dukun yang bisa membantu. Padahal biasanya kan cinta ditolak dukun bertindak, apa kursi ditolak kardus bertindak?

Posisi PKS memang sangat lemah, padahal militansi kader, pengikut mereka paling kuat. Dan itu sangat menguntungkan koalisi 02. Militansi dan gila medso yang sangat lekat cukup  banyak membantu. Namun posisi PHP DKI 02, cukup menjengkelkan juga sebenarnya.

Kisah PKS di-PHP-in Gerindra ini sebenarnya bukan barang baru. Jauh-jauh hari sebelum masa pilpres, mereka sudah memberikan sembilan nama untuk capres atau cawapres, toh tidak ada satupun dilirik oleh kebersamaan mereka. Susah juga dengan nama-nama yang disodorkan toh tidak cukup menjual.

PKS masih bisa berharap dengan ijtima ulama yang masih merekomendasikan dua nama kader mereka. Harapan sempat menguat ketika nama kedua elit mereka dengan dukungan ulama ala mereka itu bisa menekan capres yang ada untuk mengajaknya dalam perahu koalisi.

Sayang seribu sayang, terbitlah kardus menggeser rekomendasi ulama. Terkapar dengan telak, KO pukulan hook di rahang yang tidak tertutup oleh perlindungan tangan, terjengkang dan terjungkal dengan parah. Hitungan berapapun tidak akan mampu bangun lagi.

Mana ada parpol tidak sakit hati dan tetap bersemangat, ketika semua calon tidak ada kader atau simpatisan mereka. Sejak pilihan presiden tahun lalu, hanya penjadi penggembira. Ada dua kandidat dari Gerindra dan PAN. Ke mana kader PKS? Nonton. Timses pun bukan dari kader mereka.

Masih bisa berharap jadi menteri, eh kalah dan jadilah makin menggila dengan kisah berkepanjangan selama lima tahun. Sok-sokan menjadi oposisi garang namun tidak jarang kacau balau. Aksi-aksi lelucon berkali ulang yang tidak menuai simpati.

Pilkada DKI  menemukan momentum untuk bisa setara sebagai partai besar, cukup wajar ketika mereka masih berharap untuk mendapatkan kursi, toh tidak juga. Apalagi fokus pokoknya bukan Ahok demikian masif. Kecenderungan mereka asal menang tidak perduli dari mana orangnya. Mereka puas karena menang.

Pilpres edisi ngarep masih berlanjut. Ada satu slot kosong dengan cukup percaya diri akan diusung menjadi cawapres karena tidak akan mungkin bisa menyingkirkan si tuman, yang berkali-kali nyalon. Ini bukan ibu-ibu ke salon, tetapi menyalonkan diri menjadi presiden.

Mengusung dengan sembilan nama toh tidak dipilih satupun, termasuk dengan menjadi ketua BPN. Tersingkir oleh kardus, dan malah akhirnya membuat dan menahbiskan kalau cawapres mereka adalah santri milenial.

Karena ada yang naik menjadi cawapres dan cukup kepedaan untuk sekadar cuti, malah mundur. Cukup terbuka peluang untuk menjadi DKI-2, dan itu cukup prestisius tentunya. Namun segala daya upaya tidak juga bisa dicapai.

Tarik ulur yang Gerindra mainkan malah memberikan kecenderungan kalau cawapres gagal itu akan kembali menjabat DKI-2. Miris sebenarnya, apapun dilakukan PKS namun Gerindra sama sekali tidak menganggap itu sebagai rekan setara.

Susah juga melepaskan DKI ke tangan PKS, ketika kadar kesetiaan Anies Baswedan tidak bisa dipegang, bagaimana Gerindra bisa menguasai Jakarta, susah dan terjepit karena bisa saja menjadi duet PKS untuk 2024, dan itu kerugian sangat besar.

Posisi yang rentan untuk Gerindra yang tidak cukup memiliki jaringan solid, sangat memerlukan keberadaan PKS untuk pilpres. Sisi lain mereka juga tidak percaya dengan perilaku Anies dan PKS untuk bisa dipegang komitmennya.

Sangat wajar hingga hampir setahun DKI-2 kosong dan Anies yang memang tidak mampu itu seperti kebingungan, apalagi mengelola Jakarta yang demikian kompleks dan pemerintahan lampau gilang gemilang. Mudah banget melihat tata kelola mereka baik atau tidak.

Melihat perilakunya dengan teman saja seburuk itu, apalagi rival. Sangat mungkin habis manis sepah dibuang. PKS harus tahu lah bagaimana perilaku mereka terhadap Ratna Sarumpaet, Buni Yani, Ahmad Dhani, dan juga kader-kader yang tersandung kasus hukum. Terbaru soal Rami bagaimana mereka ramai-ramai menolak.

Apa yang terjadi coba jika perilaku dengan teman seperjuangan saja demikian, bagaimana mereka mau mengurus negara, yang belum tentu mau seia sekata dan memberikan dukungan dengan sepenuh  hati coba. Palingan akan ditinggalkan dan dimaki-maki seperti ketika ada yang berebut buku ketika capres mereka sedang berpidato. Itu pendukungnya lho, dan berkali ulang perilakunya itu.

Pilihan makin jelas nih, termasuk pagi para pendukung, simpatisan, dan elit PKS. Mosok dengan teman saja abai, apalagi dengan rival. Bayangkan seperti apa yang akan mereka lakukan. Jauh lebih mengerikan bukan kemungkinannya?

Jadi yakin masih mau memilih 02?

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun