Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Yusril, Baasyir, Ahok, dan Diskon ala Pusat Perbelanjaan

22 Januari 2019   09:00 Diperbarui: 22 Januari 2019   09:28 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yusri,  Baasyir, Ahok, dan Diskon ala Pusat Perbelanjaan

Kehebohan hadir lagi, karena dibebaskannya terpidana sekaligus sesepuh terorisme. Sikapnya yang keras atas negara ini, sering membuat pusing, atas nama kemanusiaan, karena tua, sakit lagi, dan juga sudah lama di dalam penjara, atas nasihat pakar hukum tata negara, Baasyir bebas. Pro kontra lahir. Biasa.

Menarik, dalam waktu dekat orang paling fenomenal  dan gila yang masuk bui dengan alasan yang berbeda juga keluar. Ini murni keluar karena hukumannya memang sudah usai. Sama-sama magnet bagi pelaku politik praktis yang gorengannya bisa ke mana-mana. Logis juga, di mana menjelang pemilu, yang tidak ada saja bisa jadi ada, apalagi yang di depan mata, langsung disambar.

Politik tidak sesederhana hitam dan putih, gelap diberi lampu jadi terang, satu ditambah satu jadi dua. Politik, gelap itu belum tentu perlu lampu, bisa saja malah menyalahkan PLN yang salah kelola, atau malah dibiarkan agar ada proyek sewa generator misalnya. Nah ini yang tidak mudah bagi pejabat politis di dalam bersikap.

Kubu yang cukup gregetan mengapa Jokowi memilih opsi ini,  mungkin sama dengan kegeliannya ketika Jokowi memilih KHMA. Mengapa dia yang bla..bla...bla. Sama dengan  ini mengap dibebaskan karena bla...bla..bla...

Potensi suara tergerus iya jelas. Kelompok rasional juga jengkel melihat pilihannya yang kadang menjengkelkan beberapa pihak. Reputasi yang tidak patut diberi "hadiah" besar ini. Apa iya akan demikian buruknya?

Melihat ke belakang, usai dilantik sekitar hampir lima tahun lalu, panglima TNI yang merupakan "jatah" AU, diberikan pada AD, Jenderal Gatot Nurmantyo, hingga menjelang tahun politik pensiun. Mengapa melepaskan AU dan bukannya AD itu nanti usai AU? Pilihan matang dan cerdik ternyata. Tahun politik AD yang memiliki gerbong dan kebiasaan berkuasa, bisa menjadi batu sandungan.

Pilihan memberikan pada AD pada wakt itu, kemudian tahun politik dalam kendali AU cukup cerdik. Ingat perilaku Gatot pun terlihat dengan gamblang bagaimana perilakunya. Bagaimana dalam kondisi sebagai panglima baru dalam kendali  penuhnya tentara? Kisah berbeda jauh.

Pun memilih kapolri dengan menyingkirkan yang banyak orang  katakan sebagai orangnya Mega. Ini krusial. Toh bisa dijembatani dengan baik dan mulus, bahkan hasil baik jelas dirasakan hingga kini. Polisi baru dengan pemimpin termasuk yunior, toh bisa sinergis. Pilihan tepat lagi.

Kasus Ahok. Kedekatan sebagai gubernur dan wagub di DKI membuat banyak orang memperkirakan akan adanya upaya di dalam kasus kontroversialnya itu, dan dari sana jadi masalah baru. Toh bisa dilampaui dengan baik. Berkaitan dengan Ahok jelas demo berjilid-jilid, bahkan ada presiden yang menyempatkan diri dan konpres sampai lebaran kuda segala. Memilih dengan cerdik itu tidak gampang, politik lagi.

Masuknya Ngabalin dalam lingkaran utama Jokowi. Siapa yang mengikui berita politik tanpa tahu apa yang dilakukan Ngabalin dulu? Dan pilihannya toh cukup menjanjikan bagi langkah dan gerak pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun