Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi, Jalan Tol, dan Tutut Ratu Jalan Tol Orde Baru

22 Desember 2018   17:00 Diperbarui: 22 Desember 2018   17:18 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tutut Soeharto Si Ratu Jalan Tol.

Jalan tol era Orba yang hanya berkutat di Jawa sebagian besar di dalam pembangunannya melibatkan anak-anak dari Cendana. Paling banyak adalah Tutut. Dalam sebuah acara ia mengatakan usaha kerasnya bukan karena katabelece sang bapak yang presiden dan penguasa tunggal itu. Apa iya demikian?

Layak dilihat secara jernih pernyataan itu, bagaimana kinerja mereka (anak-anak Cendana bermain bisnis).

Apa iya, ada menteri, apalagi selevel gubernur di Jakarta waktu itu yang berani menolak sodoran proposal dari perusahaan milik Tutut?  Sangat tidak mungkin, di mana waktu itu, menteri meskipun tidak pernah ada resuffle toh kekuasaan mutlak ada di tangan presiden. Paling-paling tidak akan diajak rapat dan pekerjaan dialihkan ke menteri lain. Menteri hanya nama saja, asal tidak ada pergantian di tengah jalan.

Apalagi level gubernur yang dipilih oleh DPRD yang semua anggotanya atas restu dan rekomendasi Soeharto, si bapak. Mana berani mereka menolak. Para  pejabat malah akan dengan suka rela membantu memberikan pelayanan terbaik.

Pembebasan lahan jangan pernah menjadi kendala era itu. Semua sudah akan mulus, tanpa ada halangan. Sering pernyataan ganti rugi yang tidak seberapa karena banyaknya sunatan di sana-sini. Rakyat jelas tidak berdaya dengan represi pemerintah dan pengawalnya. Militer bisa ikut turun waktu itu.

Jargon demi pembangunan, jagoan era pembangunan ala Soeharto. Siapa melawan, bahkan mempertahankan haknya, bisa bahaya dengan adanya pasal subversif.  Siapa yang berani dengan pasal  itu. Menakutkan dan bisa berabe sampai tujuh turunan. Ini serius, pengetahuan bagi generasi 90-an ke sini, yang hendak dibombardir dengan era "emas" sepuhan Orde Baru.

Pasal subversif ini mirip-mirip dengan hantu PKI yang jelas sangat menakutkan dan traumatis. Jika tidak percaya tanyakan pada generasi 50-an yang jelas masih sangat kuat dan jernih ingatannya, mumpung belum pikun dan banyak lupa. Sangat serius tuduhan ini, jangan heran nantinya pun ujung-ujungnya nenek moyangnya PKI akan disematkan, dan masa depan runyam.

Penyokong utama menciptakan "teror" bagi rakyat jelas militer. Genggaman tangan Soeharto dalam militer jelas sangat kuat. Tradisi,  birokratis, dan  hirarkhis mudah dikendalikan hanya satu tangan oleh orang bernama Soeharto. Masuklah semua bagian militer ke pemerintahan hingga desa.

Militer masuk ke mana-mana. Membebaskan lahan paling mudah jelas orang berbadan tegap, potongan cepak, dan sangat efesien. Semalam saja kampung itu akan bisa dipastikan kosong. Senyap, cepat, dan hasil memuaskan penguasa.

Pemerintahan baik pusat dan daerah hingga desa adalah militer. Hanya camat yang bukan militer, benar-benar birokrat karir. Toh tidak ada daya karena adanya koramil di sana.  Muspika, muspida, adalah alat kontrol Soeharto dalam segala hal hingga ke desa-desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun