Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Antara Luis Milla dan Guru dari Finlandia, Cara Menyelesaikan Masalah dengan Masalah

22 November 2018   05:00 Diperbarui: 22 November 2018   07:29 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luis Milla dan staf pelatih timnas Indonesia lainnya tampak tenang jelang pertandingan versus Timor Leste, Minggu (20/8/2017). (Bolasport.com/Ferry Setiawan)

Kondisi sepak bola ternyata tidak membaik usai mengontrak Luis Mila. Memang pas ditangan Luis Mila langsung karakter permainan, pola permainan, daya juang, dan skema permainan jelas. Apa yang mau dituju itu jelas. Waktu kurang dari dua tahun memang belum memberikan apa-apa bagi timnas Indonesia.

Ketika tiba-tiba dengan kembali alasan klasik, Luis Mila harus pulang dan tidak lagi diperpanjang, dipakailah asistennya untuk menangani timnas senior dalam ajang resmi. Pemain sih bisa sama, namun apakah permainan, skema permainan pun bisa sama, apakah tak tik, pergantian pemain, dan motivasi apalagi spirit bisa sama? Jelas tidak.

Persoalan sepak bola itu bukan semata pelatih dan dengan mengontrak pelatih semua bisa berubah. Tidak sesederhana itu. Toh Alfred Riedl pernah memberikan permainan yang menjanjikan, pun Piter White, Beni Dolo, Indra Sjafri, mengulang juga tidak bisa lagi, ada Fahri Husaeni dengan U-16 yang sangat menjanjikan. Artinya siapapun pelatihnya bukan yang utama, siapapun bisa memberikan efek yang sama: soal kemauan dan pembinaan yang berkelanjutan.

Bagaimana mau maju dan modern ketika ada turnamen, eh liga pun berjalan. Liga yang berjalan ternyata juga menyuarakan masalah, bukan prestasi gilang gemilang. Bagaimana liga demikian menghasilkan timnas jempolan. Belum lagi klub yang enggan pemainnya dipanggil timnas, iya mana ada yang mau jika seperti klub besar Eropa bisa lebih dari separo tim utamanya main di turnamen antarnegara.

Masalah itu pada manajemen, federasi, dan pengurus yang tidak bisa mengurus, bukan pada pemain, pelatih, untung sekarang tidak lagi menyalahkan fisik pemain, yang kecil karena toh bisa dijawab dengan mungilnya pemain toh memberikan kontribusi besar malah. Masalah besar yang tidak pernah dievaluasi.

Guru dari Finlandia
Lagi-lagi sama dengan paradigma sepak bola tadi. Pendidikan nasional itu bukan semata kualitas guru atau guru kurang gaji. Jangan rendahkan pengabdian guru dengan politisasi gaji guru terus menerus. Masalah kualitas dan keberadaan guru hanya salah satu item masalah dalam dunia pendidikan nasional yang bobrok.

Sistem pendidikan nasional yang kacau balau apalagi karena masuknya kepentingan politis, baik politis ideologis, lebih parah agama. Bagaimana mengenai pengelola dan agama saja menjadi berkepanjangan. Padahal jika mau jernih jujur tidak saling merugikan keberadaan sekolah dan yayasan keagamaan. Jauh lebih maju sekolah berbasis pengelola agama dari pada negeri.

Bongkar pasang sistem pendidikan nasional dan kurikulum namun ada niatan proyek, bukan semata-mata demi perbaikan kualitas pendidikan nasional. Proyek dan anggaran yang dijadikan rujukan, motivasi, dan dasar di dalam menetapkan kebijakan dalam dunia pendidikan.

Reaktif dan tidak mau tahu mengenai yang esensial. Ada yang mengatakan Finlandia paling bagus pendidikannya, langsung semua teriak, mengambil alih sistem pendidikan di sana. Atau ada ahi yang mengatakan, negara anu hebat pendidikannya. Langsung semua mengekor ke sana tanpa mau tahu apa yang menjadi motivasi sistem pendidikan suatu negara itu dibangun.

Tidak ada yang salah bahwa belajar dari negara lain untuk menjadi rujukan, menjadi acuan di dalam memperbaiki diri, namun pelajari dulu dengan sungguh-sungguh apa yang ada di sana, apa cocok dan kontekstual dengan keadaan di sini. Tidak sesederhana itu pendidikan nasional akan berubah kalau gaji puluhan juta, pendidik dan sistem pendidikan dari Finlandia. Tidak akan serta merta demikian.

Apalagi sekarang ada dua masalah mendasar persoalan baru dunia pendidikan. Yaitu sertifikasi guru yang ternyata tidak mengubah banyak kualitas guru, selain gaya hidup mereka yang memang bisa setara dengan karyawan atau pegawai lainnya. Mengenai pendidikan tidak ada perubahan signifikan yang bisa terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun