Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hari Pangan Sedunia, Sisa dan Sampah Makanan

15 Oktober 2018   05:00 Diperbarui: 16 Oktober 2018   18:12 1620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penghargaan atas kemanusiaan.

Jika mau menyadari betapa proses panjang, berapa banyak orang yang terlibat untuk membawa sepiring nasi saja ke atas meja. Petani yang menanam padi, perlu benih yang disiapkan ahli-ahli pertanian, petani dan buruh tani yang merawat benih hingga panen. 

Proses panjang dari bulir padi menjadi beras. Dan dari beras perlu distribusi hingga ke rumah-rumah. Ketika di rumah atau rumah makan ditanak menjadi nasi. Itu baru satu jenis makanan yang bernama nasi.

Nah jika membuang makanan, berapa banyak tenaga yang sudah dikerahkan orang-orang itu dan kita sia-siakan coba? Bisa juga rangkaian itu diterapkan pada ayam, sapi, ikan, kacang panjang, dan seterusnya dan seterusnya.

Penghargaan atas kemanusiaan yang berbeda sisi. Apa yang kita buang-buang itu, jika kita bagikan bagi orang yang kelaparan dan menderita, atau kita memikirkan itu, jangan-jangan itu adalah jatah makan orang lain. Karena sifat kita yang tamak dan  penuh gaya hanya menjadi sampah bagi kita, padahal bisa menjadi jamuan mewah bagi pihak lain.

Penghargaan atas Sang Pencipta

Kehidupan manusia sejatinya harus sampai ke sana. Bagaimana Tuhan Allah Sang Pencipta terlibat di dalam seluruh rangkaian makanan yang kita santap dan kadang buang itu. 

Jika berani sampai ke sana, sampai merenungkan keterlibatan Tuhan, dan masih membuang makanan, berarti kelainan. Tuhan menciptakan itu dengan penuh kasih demi sang ciptaan agar berbahagia.

Apa yang bisa kita perbuat?

Mengambil secukupnya, jika merasa suka dan kurang, tambah lagi. Dengan demikian orang hanya berpikir makan secukupnya, tidak akan sisa dan membuang makanan yang demikian berarti tersebut.

Menyadari bahwa ada Tuhan dan sesama yang terlibat di dalam proses makanan di depan mulut kita, dengan demikian kita tidak akan berani menyia-nyiakan berkat tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun