Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kekanak-kanakannya Politikus ini

11 Oktober 2018   05:00 Diperbarui: 11 Oktober 2018   05:31 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa sikap kanak-kanak yang bisa disebutkan adalah, ingin menjadi pusat perhatian, melindungi diri dengan menyerang, emosional yang tidak proporsional, dan bisa saja menyebut pihak lain sebagai perebut kebahagiaannya. Masih banyak lagi yang senada dengan hal itu. Kekanak-kanakan tentu tidak sesuai dengan usia kelahiran. Bisa saja sangat dewasa bahkan tua, namun usia psikologisnya kanak-kanak, ketika sifat disebut di awal tadi dominan.

Perilaku kanak-kanak juga bisa sangat ekstrem senang dan sedihnya. Contoh, ada anak yang bersikeras untuk tidak mau ke dokter gigi, hanya karena mendengar cerita temannya. Padahal dia sendiri tidak tahu seperti apa yang ada di dalam ruang praktek dokter gigi itu. Segala daya upaya dilakukan agar tidak usah berangkat ke praktek dokter gigi.

Pura-pura sakit perut agar tidak berangkat itu sangat biasa dan lumrah. Atau mengancam tidak mau ini dan itu. Perilaku yang aneh-aneh untuk menghalangi keberangkatannya.

Eh sepulang dari sana, di jalan ia mengoceh banyak hal, yang katanya dokternya baiklah, cakeplah, menyenangkan karena banyak mainan, tidak sakit, dan seterusnya. Kepintaran perawat dan dokter di dalam merayu si anak menjadi pembeda.

Nah di dalam berpolitik juga ada. Usia jelas sudah sepuh, bukan lagi kanak-kanak. Namun perilakunya, jelas kanak-kanakk banget. Awalnya ia mengajak seorang yang layak menjadi calon presiden dan hendak dipasangkan dengan yuniornya. Tapi entah siapa yang menggagalkan upaya itu dan tidak jadi berpasangan dengan calon yang sangat menjanjikan itu.

Sikapnya yang dulu sangat mendukung dan memberikan apresiasi positif ternyata menjadi berbalik arah. Bahasa anaknya mogol, kagol, kecewa karena apa yang dimaui tidak kesampaian. Rbalik arah menjadi "pembenci" yang tidak karuan. Iya tidak karuan karena sering tidak mendasar dan cenderung asal-asalan.

Ketika yang tidak "disukai" itu akhirnya maju dengan yang lain, dan ia mengusung orang yang berbeda. Ia bersumpah untuk jalan kaki kisaran 600 kilo meter. Dan terbukti yang ia dukung kalah. Dengan mudah rekan-rekannya mengatakan kalau itu hanya guyon politik saja.

Di tengah proses perjalanan politik, partai yang ia bidani memilih jalan berbeda. Sang besan memilih ikut barisan pemerintah. Dalam sebuah acara, presiden hadir, si kanak-kanak memilih datang pas sesaat presiden meninggalkan arena. Jelas bukan sikap kanak-kanak, tidak dewasa, dan mau menangnya sendiri.

Selama pemerintahan terus saja meneror pemerintah khususnya presiden, sebagai si pengibul, dari partai setan, dan seterusnya dan setersunya. Ketua umum partainya yang mau menteri dengan enteng mengatakan, sebagai anggota luar biasa bisa omong apa saja. Lagi dan lagi jenis kanak-kanak yang hanya maunya memaki tanpa mau melihat kenyataan.

Nah ini  yang paling menghebohkan, lucu, dan jelas khas kanak-kanak banget. Dipanggil polisi, hanya dipanggil polisi sebagai saksi. Apa yang terjadi?

Menyatakan tidak memenuhi panggilan karena nama salah. Khas bocah, ketika nama suah dibetulkan mau datang, namun kembali berulah dengan pengawalan dan pengacara hingga ratusan.

Mirip dengan anak yang tidak boleh meminjam motor dan kemudian membanting kakaknya hingga meinggal beberapa waktu. Kepentingannya terganggu, khas anak, orang dewasa tidak akan demikian. Orang yang sudah matang tidak akan mengambil keputusan dan sikap yang menggelikan demikian.

Meminta kepala kepolisian yang anak buahnya akan memeriksanya untuk dicopot dengan tudingan korupsi. Halah malah mau membuat cicak buaya lagi. Untuk kedewasaan kedua belah pihak dan  pemerintah yang tidak reaktif bisa meredam situasi itu.

Sebelum pemeriksaan riuh rendah, bahkan ada ancaman soal limit waktu segala. Toh sangat bertolak belakang ketika keluar dari ruang pemeriksaan.

Eh lebih mempertontonkan kekanakannya usai diperiksa, ia nyatakan polisi memuliakannya, memeriksa kesehatannya, memberinya makan siang, melakukan ibadah, dan separo dari durasi waktu yang ada itu dipakai untuk becanda, ngobrol banyak hal. Pokoknya penyidik menghormatinya. Lihat menghormati dan memuliakan.

Nada dasar dan khas kanak-kanak, seberapapun usia dan ketuaan, kanak-kanak demikian tetap tidak akan pernah bisa beranjak. Mengapa?

Jelas saja ia merasa lebih dari pihak lain. Ia yang paling dalam segala hal. Ini yang membuatnya tidak bisa berkembang lebih baik lagi. Perubahan jelas tidak bisa diharapkan kenyataannya ia merasa sudah super. Dan akhirnya jelas orang lain yang mendapatkan tumpuan kemarahan, malu, dan menanggung beban kesalahan dan keributan yang bisa ia timbulkan.

Model demikian juga tidak akan pernah merasa bersalah dan mengakui kesalahan. Jika salah dan ketahuan ia akan berupaya menimpakan tanggung jawab pada pihak lain. Melarikan diri dari akibat perilakunya merupakan hal yang sangat biasa bagi pribadi demikian.

Kekonyolan demi kekonyolan kadang tidak bisa diatasi karena tidak ada yang berani menyuarakan kebenaran dan kenyataannya. Risiko ngambeg yang tidak terkendali membuat lingkarannya diam dan mencari aman saja.

Siapakah dia?  Sudah banyak yang paham kog.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun