Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Tiga Keunggulan AHY Versi Elit Demokrat, Milenial atau Kolonial?

15 Juli 2018   08:58 Diperbarui: 15 Juli 2018   09:00 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tiga keunggulan AHY versi elit Demokrat ini patut dicermati, benar demikian, atau hanya klaim, memasangkan baju pada badan yang berbeda, atau memang demikian. Cukup menarik apa yang disampaikan karena berkaitan dengan kontestasi yang makin menjelang waktu pendaftaran resmi, posisi AHY masih belum jelas.

Pertama, AHY sebagai gambaran atau simbol anak dan generasi muda. Berkaitan dengan klaim 40 % adalah pemilih pemula dan muda. Sepakat bahwa AHY itu muda dalam segi usia. Soal pemikiran kog ragu. Tipe muda itu akan menentukan arah hidupnya mandiri, bukan kata orang tua, keputusan orang tua, dan intervensi orang tua. Mengejar cita-cita seturut keinginan priadi dengan dukungan orang tua, bukan sebaliknya.

Belum terbukti bahwa AHY sosok muda dalam pemikiran, kinerja, dan kepemimpinan. Dominasi SBY susah untuk melepaskan bayang-bayang presiden dua periode ini, dan itu juga dinyatakan sebagai keunggulan, point dua, dan malah makin meragukan sosok muda dengan modal tua ini. pembuktian itu belum cukup meyakinkan.

Partai Demokrat, demokratis, dan muda katanya, seharusnya berpikir soal partai modern, kaderisasi berproses, bukan malah langsung naik ke atas karena kekerabatan dan anak pemilik partai. Ini jelas membuktikan milenial, bukan semata klaim. Jauh lebih setuju adalah Ibas perwakilan ini, dengan segala maaf kekuarangannya, bukan bahan ulasan kali ini tentunya. Ibas malah berproses panjang dalam politik.

Kedua, modal atau keunggulan kedua adalah SBY, yang sekaligus bapaknya, dan "pemilik" partai Demokrat,  pernah dua periode menjadi presiden. Nah ini jelas menegasi muda usia AHY karena bekal bapaknya disematkan pada dirinya, ini bukan ciri milenial, ciri kolonial iya. "Prestasi" babe apa kaitan dengan anak.

Makin meragukan dengan model prestasi ini, karena susah membayangkan AHY sebagai pribadi bisa leluasa, mengeksplorasi diri dan kemampuannya, lepas dari bayang-bayang bapaknya. Apalagi susah juga melihat prestasi dua periode kepemimpinan SBY, selain prihatin dan menyatakan tidak pada korupsi, eh lingkaran utamanya masih berkutat pada penjara dan bolak-balik KPK, persidangan, dan nyaring disebut dalam persidangan korupsi. Jangan abaikan hal ini.

Jika merujuk sasaran milenial, anak muda, lepaskan diri dari bayang-bayang dua periode itu justru kekuatan. Kekuatan dan kemampuan pribadi yang memang menjanjikan untuk menjadi pemimpin masa depan. Buktikan dengan prestasi dan rekam jejak dulu. Usia masih panjang tidak perlu terlalu memaksakan diri demikian.

Ketiga, modal kursi dan suara besar yang dimiliki Demokrat, lagi-lagi tidak tepat, pakaian siapa dikenakan siapa. Modal yang katanya besar itu kan masa lalu, karena beberapa hal.

Satu, itu capaian Demokrat bukan AHY, malah Ibas bisa jika dikatakan kursi dan suara besar. Karena waktu itu AHY masih tentara, dan sama sekali tidak ikut dalam messin partai untuk mencapai angka itu. Jadi tidak tepat jika menjadi keunggulan AHY. Nol suara AHY untuk Demokrat, bandingkan dengan Ibas misalnya.

Dua, mosok dengan suara 10, 19% dan 61 kursi besar. Coba bayangkan dengan Gerindra saja, yang sama-sama baru. Jauh. Jika berbanding dengan yang baru saja keteter, tidak perlu perbandingan dengan Golkar dan PDI-P.

Susah juga melepaskan keterkaitan antara penguasa dan perolehan suara Demokrat, sedikit banyak tetap saja masih bisa "bermain" meskipun secara tidak langsung. Paling tidak mesin partai di lapangan akan menggunakan kekuatan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun