Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

#2019GantiPresiden dan "Nganu" Politik ala Mardani Ali Sera

7 Mei 2018   15:20 Diperbarui: 7 Mei 2018   15:48 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat bahkan semua kandidat bisa dijadikan dukungan, makin memperkuat dugaan ini. Bagaimana arti #gantipresiden itu sesuai kepentingan. Tidak beda dengan "nganu."

Pemilih harus jelas dan belajar banyak, bagaimana orang politik atau polikus bermanufer. Ada yang antipancasila tiba-tiba paling Pancasilais, ada yang dulu berteriak lantang antikorupsi eh melakukan korupsi dengan gagah perkasa.  Apa yang diperlukan pemilih adalah, mencermarti perilaku mereka.

Rekam jejak tidak bisa dilupakan, apalagi mau disembunyikan. Lihat siapa yang pernah menjelek-jelekan Pancasila, namun tiba-tiba menjadi pendukung utama. Atau kebersamaan dengan perilaku yang jauh dari Pancasila namun kini malah menjadi pemuja Pancasila.

Perilaku mereka bukan hanya menjelang hajatan saja. Biasanya politikus haus kuasa akan berubah alim, merasa Bhineka Tunggal Ika, padahal di dalam keseharian jauh dari itu semua. Demi menyenangkan pemilih yang diingat sesaat itu.

Lihat juga perilakunya bukan hanya wacana dan omongannya. Orang bisa menulis merah padahal hitam yang dimaksud, namun tentu tidak akan bisa mengelabui dalam keseharian, dalam waktu yang lama. Ingat bukan yang tiba-tiba masuk pasar dan diphoto. Pun dalam ideologi dan kepercayaan.

Dalam alam demokrasi sah-sah saja mau menjadi apapun juga, mau menyalonkan diri juga boleh, asal tentu saja taat norma hukum. Tidak boleh dilupakan tentunya norma susila, moral, dan hukum tidak tertulis.


Selama ini prosedural semata-mata yang menjadi acuan, dan sering menghianati jati dirinya bukan menjadi persoalan. Apa iya model politikus demikian, akan bisa memegang kepercayaan sebesar menjadi RI-1 atau RI-2?

Lebih baik menjadi diri sendiri, tidak perlu menghianati keyakinan sendiri, selain juga menghormati rival sebagaimana diri sendiri mau diperlakukan. Jika demikian, layak menjadi pemimpin yang tepercaya.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun