Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PAN dan PKS adalah Dilema bagi Prabowo

16 April 2018   14:27 Diperbarui: 16 April 2018   14:51 1044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://poskotanews.com

Dilema Prabowo antara PAN atau PKS di dalam pilpres mendatang, pengalaman masa lalu bersama PAN yang sudah sama-sama dketahui hasilnya. Dulu ada Golkar yang lebih besar suaranya, rela untuk memberikan kursi kepada Hatta Rajasa, ketua umum PAN. Kini dengan konstelasi  yang berubah dengan perpindahan P3 dan Golkar, Gerindra memang masih memiliki cukup peluang, namun susah tentunya memilih PAN seperti dulu, pun PKS mosok ngalah terus terusan.

PKS kini sangat wajar jika mau kursi cawapres karena kemarin sudah memberikan jatah kepada  PAN yang baru belakangan datang. Pun di Jakarta kemarin, memberikan kursinya ke nonpartisan, dua kali gawe cukup besar, mayan prestisius, dan potensi mendulang suara untuk ke depannya. Beberapa hal tentu membuat tidak mudah bagi Prabowo dan Gerindra.

Posisi PKS jelas lebih "setia" di dalam kebersamaan. Tidak pernah sekalipun berseberangan,  termasuk jika tidak mendapatkan apa-apa sama sekali, bukti dua gawe di atas. Dalam isu strategis pun demikian.

"Kesetiaan" dan kebersamaan yang sekian lama, mosok selalu diminta untuk terus mengalah, tentu tidak ada yang mau, meskipun PKS sendiri juga tidak punya pilihan. Dengan suara pada kisaran 6, 79% dengan kursi 40, memang hanya bisa mengandalkan Gerindra saja. Berdua sudah lebih dari ambang minimal.

Kesesuaian di dalam kebersamaan telah terpegang dengan relatif baik, daripada misalnya mengambil PAN yang jelas-jelas sering meninggalkan Gerindra sendirian.  Susahnya adalah;

Suara PAN pun jauh lebih unggul, meskipun tidak jauh-jauh amat. Selisih tidak sampai 1% dari PKS, namun kursi cukup signifikan, ada 9 kursi lebih dari  cukup  syarat minimal. Dengan mepet dan agak longgar tentu lebih nyaman bagi Gerindra bersama dengan PAN.

PAN jauh-jauh hari mewacanakan Zulkifli adalah presiden, bukan wapres, meskipun hal ini bukan harga mati, bahkan cenderung bunuh diri dengan suara sekecil itu kog berani-beraninya capres, sangat mungkin mau turun dan menjadi capres bersama Prabowo.

Peran Amien Rais, tokoh satu ini bisa menjadi malapetaka bagi banyak pihak karena komentar-komentarnya yang bocor tanpa saringan itu. Penuh dengan pemikiraan dan perasaannya sendiri, sehingga malah sering tidak logis apa yang dinyatakan. Bukannya membantu, malah menjadi batu sandungan.

Di sisi lain, memang gerbong Amien Rais tetap cukup besar, meskipun tidak besar-besar amat. Paling tidak, apa yang dinyatakan sering menjadi pembicaraan dan bisa membuat orang bingung mana yang benar atau mana yang perlu diikuti, dan di sinilah, potensi yang membuat Gerindra dan Prabowo sayang jika melepaskan PAN dalam arti khususnya Amien ini.

PKS sendiri memang soal loyalitas dan fanatisme mesin partai tidak ada yang bisa mengalahkan. Tetapi suka atau tidak, mereka dari sembilan nama itu, tidak ada yang menjual sama sekali. Masih kalah jauh baik pamor, tenar, keterpilihan, dan kapasitasnya. Nah tentu Prabowo juga mencari figur yang benar-benar sangat kuat untuk bisa mengubah suara kisaran 7 % menjadi 27 % misalnya.

Sisi  sebelah, kandidat Jokowi dengan banyaknya dukungan, demikian juga mesin partainya juga lebih menjanjikan, sangat perlu kerja keras dari kerja sama Prabowo dengan wakil, atau Gerindra dan partai partnernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun