Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

[HumPol] 9 Alasan Pak Beye Marah

3 November 2016   13:01 Diperbarui: 3 November 2016   13:24 4015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Presiden yang biasanya rapi teratur itu tiba-tiba mempertontonkan kemarahannya baik dengan bahasa tubuh ataupun pilihan katanya. Ini mengaggetkan kecuali seperti dikatakan oleh anak buah terhebatnya Roy Suryo yang mengatakan biasa kalau di depan kader seperti itu. Ternyata Pak Beye bermaain peran pas santun itu? Ups...keceplosan.

Mengapa sih Pak Beye sampai bisa “lepas kendali”, ini bukan soal kuda yang membuat sensi Pak Presiden keenam lho.  Paling tidak ada sembilan alasan:

Satu, merasa dituduh dalang  4 November.

Wajar kalau marah, bagaimana tidak marah kalau dituduh menjadi dalang demo besar-besaran. Soal siapa yang menuduh juga tidak tahu. Kalau data intelijen, benar kan beliau masih menerima laporan intelijen, jika iya, bahaya, ada pemerintahan swasta berarti. Kog swasta, data intelijen kan hanya ke pemerintah, dalam hal ini presiden, sedang Pak Beye kan bukan, atau masih merasa ya? Kalau kata media, sih napa juga marah, kan bisa besok di media yang sama diralat.

Dua, merasa dituduh kaya raya dengan 9 T hartanya.

Bisa dua arti, merasa terhina karena lebih atau merasa difitnah karena tidak sebanyak itu kekayaannya. Kalau mengatakan jika benar masuk jajaran orang terkaya, berarti beliau merasa difitnah memilii harta berlebihan, jika iya pun mengapa harus marah? Kan bisa saja ditampilkan laporan harta kekayaannya yang diberikan ke KPK. Dipampang dengan transparan, berarti pemberitaan (entah di mana itu salah, dan selesai). Hal yang mirip juga soal rumah bagi presiden dan wapres yang sudah selesai pengabdian. Pemberitaan kata Pak Beye katanya 5000 m2, toh saya juga baca 1500 m2, harganya 20 M kalau di atas itu nombok sendiri, begitu kira-kira, atau beda media yang presiden baca sehingga sensi ya?


Tiga, merasa dituduh terlibat atau ikut konspirasi pembunuhan aktivis.

Sepanjang yang ada di media umum dalam artian yang saya baca, tentu juga dibaca yang lain, hanya soal hilangnya laporan TPF bukan ikut dalam pembunuhan kog. Beda lho laporan hilang itu abai, kalau pembunuhan itu kriminal. Di sana dari mana info presiden keenam ini, intelijen lagi? Kalau iya, wah cilaka lagi sebagaimana pemerintah swasta dong. Medsos? Lha katanya medsos siapapun bisa nulis, dan itu yang perlu dicermati Pak Beye, karena selalu menggunakan medsos untuk birokrasi akhirnya kena batunya juga.

Empat, kalah langkah strategis kebersamaan Prabowo dan Jokowi.

Ini lah yang sebenarnya paling menyakitkan dan membuat meradang dan lupa kedudukan. Pak Jokowi dan Pak Prabowo yang dinilainya seperti Pak Beye dan Bu Mega eh berbeda, mereka bisa berkuda berdua lho. Merasa kalah strategis, akhirnya membuat pernyataan karena emosional belepotan dan salah langkah. Mau mengejar malah beda arah.

Lima, ternyata intelijen bengkok.

Berkali-kali Pak Beye mengatakan inelijen dan intelijen bengkok atau salah. Menarik adalah apakah beliau  itu lupa sudah bukan presiden aktif, sehingga apa isi laporan intelijen ya ke pemerintah bukan lapor ke beliau. Ada yang menarik, bengkok itu memang dibuat sehingga beliau terjebak atau memang ada intelijen tidak setia pada negara namun memberikan laporan salah ke Pak Beye, jika demikian, bukan saja kabinet bayangan, ada presiden bayangan yang masih membayang-bayangi presiden yang sah secara pemilu. Ini jauh lebih berbahaya daripada demo 4 November kalau begitu.

Enam,  ternyata logika yang dipakai juga bengkok.

Menarik soal bengkok ini, ada logika bengkok ketika menyatakan tidak perlu intervensi hukum, eh beliau menyatakan Pak Ahok harus diperiksa sehingga bukan membatasi demo tapi mengatasi tidak ada demo. Ini pertama, kedua mana tidak bengkok ketika pergerakan massa sudah ada baru mengatakan itu. Memang kalau Ahok ditangkap kemarin sudah selesai dan demo itu tidak ada? Ketiga, polisi cepat namun pelapor dalam hal ini si penthung menunda, lha Pak Beye belum dilapori to Pak oleh intelnya? Mereka baru ngupi Pak belum sempat lapor.

Tujuh, merasa jadi paling bertanggung jawab menghilangkan data TPF.

Lha semua anak buahnya bahkan yang paling setia pun sudah mengatakan mereka tidak menerima, langsung presiden laporan itu kog. Siapa lagi coba, malah menyeret Bu Mega, kemudian jangan menyalahkan yang sudah usai. Ini fokus ya Pak, semua sedang mencari laporan yang diserahkan ke Pak Beye, artinya, ya Pak Beye yang harus menyimpan, jangan ngeles dengan mencari-cari kambing hitam, kambing lho bukan kebo. Pihak yang menyerahkan juga mengatakan bahwa memang laporan ke Pak Beye, dan laporan itu yang dicari bukan soal kapan kejadiannya, atau merasa sudah membentuk TPF, bukan itu, perlu aqua Pak?

Delapan, merasa disepelekan, Jokowi mendatangi Prabowo yang Cuma calon bukan ke Pak Beye yang presiden.

Ini masalah, presidennya itu Pak Beye, maka mendapat rumah eh malah cari Pak Prabowo. Jelas saja meradang, presiden ini lupa apa, kog malah ke sana bukan ke sini, Hambalang lagi, sensinya dobel.

Sembilan, bahaya ketika ada ancaman presiden soal proyek mangkrak yang mau dibawa ke KPK.

Pak Beye, kan Pak Jokowi tidak menuduh Pak Beye yang buat mangkrak. Atau memang terlibat Pak, kalau tidak mengapa harus marah kalau  begitu?

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun