Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Berebut Saefullah untuk Jakarta, dan PKS yang Terancam Pecah

14 September 2016   06:12 Diperbarui: 14 September 2016   22:05 3384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah saat ditemui wartawan di ruang kerjanya di Balai Kota, Kamis (28/4/2016). (Kompas.com/Kurnia Sari Aziza)

Jakarta memang tidak ada habisnya. Bagaimana tidak? Sehari sebelumnya PKS menyatakan akan menduetkan Sandi-Mardani, berikutnya Sandi menyebut Saefullah paling depan untuk mendampinginya. Akan semakin panas dengan dinamika ini, bagaimana PKS yang merasa dekat dan paling mumpuni namun dinyatakan demikian?

Posisi Mardani

Apa yang dinyatakan Sandi merupakan sinyal kedua selain pernyataannya soal ruang terbuka hijau yang bertentangan. Apakah baik duet yang sejak awal sudah bersikap seperti ini? Biasa namanya dinamika politik. Namun, ketika disodori, eh malah memuji yang lain, apa itu bukan sinyal halus untuk tidak? Ini sikap Sandi.

Dukungan PKS ternyata juga belum sepenuhnya solid. Mungkin bagi elite ini tidak soal, namun yang bekerja adalah mesin partai, dan itu ada di bawah, di akar rumput, bukan elite. Gugatan disampaikan relawan Idrus yang merasa sudah bekerja keras, lama, dan mendaftar ke parpol lain, eh tiba-tiba dukungan berbalik arah kepada orang yang sama sekali belum melakukan sosialisasi dan upaya nyata sebagai calon kepala daerah.

Sandi yang bisa diartikan lebih cenderung melihat Saefullah bisa dimengerti. Bagaimana Mardani yang “belum” dikenal publik, tentu beda dengan klaim elite PKS, apalagi dikonfirmasi adanya gejolak dari relawan ini. secara umum jelas lebih menjanjikan dan menjual Saefullah yang merupakan birokrat lama di DKI dan juga telah melakukan berbagai tindakan untuk “pencalonan” dengan berbagai cara, belum lagi jabatannya di ormas.

PKS dan Dinamika Politiknya

Akan menarik menantikan apa yang terjadi. Ada dua parpol yang sama-sama cukup signifikan mengusung calon namun berbeda kepentingan, P3 lebih cenderung Yusril dan Saefullah, sedang Saefullah juga diingini Sandi (Gerindra). Dan mau dikemanakan Yusril? Karena tidak mungkin menyodorkan dua orang ke Gerindra yang memiliki kursi lebih besar. PKS juga tidak mau malu dan tidak mengusung kader sendiri. Melihat dinamika dari luar dan dalam diri PKS yang seperti ini, tentu susah untuk maju, bukan malah meringankan malah membebani kereta yang dikemudikan Sandi. PKS pun belum usai dengan soal Fahri. Serbaberat bagi langkah mereka.

P3 pun tidak bisa sendirian dengan pede untuk mengusung Yusril dan Saefullah, jika PKB mau, toh masih kurang juga. Mereka baru memiliki 16, perlu lagi dukungan parpol lain, sedangkan PAN malah menyabangi calon lain, yaitu Rizal Ramli. Artinya apa? Ada orang lagi dan malah bukan menyatu untuk mengusung siapa dengan pasti, bukan malah memberi wacana-wacana. Mengapa susah? Berkaitan dengan kepentingan, susah untuk melepaskan jabatan yang untung secara politis, ekonomis, dan strategis dengan menjadi DKI-1/2.

Implikasi bagi Pilkada dan Pembangunan

Pertama, banyaknya angin bertiup dan calon serta parpol yang gamang ada beberapa situasi yang bisa terjadi. Satu, tidak ada calon karena perebutan kepentingan, akhirnya setuju untuk tidak mengusung saja, seperti di pilwakot Surabaya. Dua, dengan pilihan yang banyak parpol bisa main-main dan jual mahal jika mau diusung.

Kedua, parpol jual mahal karena banyaknya calon. Artinya apa? Jelas saja nilai mahar politik makin naik dan mau tidak mau politik uang jalan.

Ketiga, kaitannya dengan masa depan pemerintahan, mahalnya mahar, buat pejabat yang menjabat akan mencari balik modal, semua sudah tahu jika hal ini bukan? Maling anggaran dan kerja sama demi dapat keuntungan sendiri.

Keempat, parpol bisa kembali menggendalikan keadaan dan pembangunan bisa dikatakan akan kembali ke era lampau, di mana anggaran dibuat bancakan dulu jika kondisi yang menang adalah calon dari parpol yang membeli dukungan dan suara.

Kelima, pecahnya parpol karena perbedaan elite dan akar rumput. Ini bisa terjadi di banyak parpol. Jika tidak disikapi dengan baik bisa berbahaya bagi alam demokrasi, apalagi melihat sikap berpolitik yang belum dewasa.

Saefullah, posisi yang sangat strategis, pejabat nomor tiga di pemrov tentu sering melakukan kunjungan, baik dalam level birokrasi ataupun ke masyarakat. Ini membuat namanya lebih unggul dan merupakan hal yang penting. Di jajaran lembaga sudah dikenal luas, juga di masyarakat relatif lebih tenar. Sebagai birokrat, ASN lebih mendukung dia dibandingkan yang lain. tidak memiiki catatan yang menonjol. Orang Betawi, bukan soal rasialis, namun sentimen kedaerahan tetap saja membantu. Belum lagi soal jabatan di ormas tentu sangat membantunya.

Dilema bagi Sandi, mau memilih yang lebih tenar bukan orang parpol dan dukungan parpol lain itu juga penting. Mau ikut saran PKS toh tidak bergerak banyak. Mau ninggal, parpol lain tidak juga meyakinkan. 

Siapa yang bisa mendapatkan keuntungan? Yusril bisa mendapatkan kendaraan dengan relatif lebih menjanjikan jika P3 didukung PKB, kemudian Demokrat bisa diyakinkan dengan membawa PAN serta, aman sudah langkahnya. Saefullah yang memiliki peran kunci di sini.

Tarik ulur dan kepentingan parpol masih lebih kuat. Ingat kepentingan parpol bukan kepentingan rakyat dan daerah. Masih bisa dipahami namanya juga masih belajar berdemokrasi.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun