Mohon tunggu...
Patra Mokoginta
Patra Mokoginta Mohon Tunggu... Lainnya - Warga kotamobagu

masih tahap belajar tentang Lingkungan, Budaya dan Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pre Launching Buku Mukadimah Celebes Utara (Bagian Pertama)

28 Februari 2024   00:40 Diperbarui: 28 Februari 2024   16:01 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Buku Mukadimah Celebes Utara diterbitkan oleh KBM Indonesia

Alhamdulillah, setelah "berjibaku" dengan dokumen dan data sekitar dua tahun, akhirnya buku Mukadimah Celebes Utara bisa diterbitkan juga. Sebelum lanjut, baiknya saya tampilkan dulu Buku yang dimaksud:

Judul Buku: MUKADIMAH CELEBES UTARA
Penulis: Patra Mokoginta
Penerbit: KBM Indonesia, Jogyakarta
Ukuran: 15 x 23 cm
Halaman: 670 halaman (xxx + 640)
Berat; -/+ 1 kg

Buku setipis 670 halaman ini memang penulis harapkan menjadi membuka atau pendahuluan dalam membaca serta mempelajari sejarah tumbuh dan berkembangnya kerajaan-kerajaan kuno di Sulawesi Utara maupun Maluku Utara dalam kurun waktu abad ke-13 hingga akhir abad ke-17. Penulis sadari bahwa buku ini belum cukup untuk membahas sejarah seluruh Sulawesi Utara sebab jadi menjadi fokus tulisan adalah kerajaan-kerajaan bernuansa bahari di wilayah ini.

Proses penulisan buku ini juga tidaklah mudah apalagi wilayah yang menjadi pembahasan buku ini tidak memiliki tradisi menulis sebagaimana daerah lain (semisal jawa) terutama pada masa prakolonial ditambah kesibukan penulis selaku ASN Pemkab Bolaang Mongondow Timur hingga buku ini bisa selesai dalam waktu 2 tahun. Kendala lainnya adalah masalah biaya mulai dari riset kepustakaan hingga cetak buku ditanggung secara mandiri oleh penulis yang tentunya berharap sisa gaji selaku staf di pemkab BolMong Timur inilah yang digunakan membiayai proses penyusunan hingga cetak buku ini.

Sebagaimana daratan Celebes Utara, masa prakolonial identik dengan masa pra tulisan demikian juga wilayah Maluku Utara. Khusus Maluku Utara sebenarnya mengenal tradisi menulis namun kitab-kitab lokal era prakolonial hingga buku ini terbit belum berhasil penulis temukan. 

Beruntunglah penulis bisa mendapatkan berbagai informasi berdasarkan tradisi lisan diwilayah ini terutama daratan Halmahera. Supriyadi Pipigo atau dalam media sosial lebih dikenal sebagai Mabeno Loloda adalah salah satu generasi muda Loloda yang memiliki segudang informasi terkait sejarah Halmahera, penulis beruntung berkawan dengan orang ini. Terbukti Supriyadi sangat membantu penulis dalam sharing informasi sekaligus menjadi kawan diskusi paling aktif terkait sejarah dan budaya Halmahera.

Buku Mukadimah Celebes Utara terdiri dari 9 bagian. Bagian pertama merupakan Pendahuluan dengan menampilkan sekilas ruang lingkup pembahasan termasuk istilah tertentu yang penulis gunakan dalam buku ini.

Bagian kedua  berisi tentang permulaan berdirinya kerajaan-kerajaan Kuno di Maluku Utara. Pada bagian ini penulis menampilkan berbagai hikayat tentang awal-mula berdirinya kerajaan-kerajaan Maluku antara lain Hikayat Bikusugara dan Telur Naga, Hikayat Ternate dan Kronik Bacan. Penulis juga melakukan telaahan terhadap hikayat-hikayat ini termasuk mengulik profil diri dari seorang yang disebut sebagai Djafar Sadiq. kerajaan-kerajaan Kuno yang menjadi bahasan dalam bagian kedua ini adalah Loloda, Bacan Kuno serta Jailolo.

Bagian ketiga, membahas kerajaan kuno di daratan Celebes Utara. Mongondow yang kemudian hari dikenal sebagai kerajaan Manado dan Bolaang serta Suwawa menjadi fokus pembahasan bagian ini.

Bagian keempat, membahas  peristiwa sejarah yang terjadi pada masa prakolonial diwilayah Celebes Utara dan Maluku Utara. Untuk Maluku Utara dimulai dengan membahasa konflik yang mendera Maluku Utara serta perkembangan geopolitik dengan lahirnya konfederasi Moloku Kie Raha. Konflik akibat penyerbuan Kolano Ternate terhadap pulau Makeang dan daratan Halmahera membuat sebagian kelompok Makeang dan Loloda migrasi ke Sulawesi Utara. Selanjutnya turut diulas permulaan interaksi antara kaum migrasi Loloda dan Bacan-Makeang dengan pihak Pribumi tanah Celebes Utara, terutama Raja Mongondow (Manado) yang bernama Mokodoludut.

Untuk Celebes Utara, penulis menyajikan kepada pembaca proses bergesernya pusat Pemerintahan Mokodoludut dari Dumoga ke pulau Manado. ini semua terkait dengan lintasan pelayar pedagang yang melewati kepulauan Sangihe Talaud. Selanjutnya penulis menampilkan perkembangan kaum diaspora Loloda dan Bacan-Makeang yang telah terafisilasi dengan kerajaan Bolaang-Manado dan Suwawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun