Meski kadang ingat, kadang tidak. Rasa syukur atas segala rezeki yang bermanfaat dan diterima dengan penerimaan yang luar biasa akan menarik magnet rezeki yang berlimpah.
Nabi Sulaiman as pernah ditanya tentang kunci kesukesan dan kemuliaanya. Beliau menjawab "Hadza min fadzli Rabbi". Artinya semua kesuksesan dan kemuliaan ini dari Tuhanku, yaitu Allah Swt.
Lain halnya ketika Qorun dan Fir'aun yang ditanya tentang kunci kesuksesannya. Mereka menjawab kuncinya adalah diri sendiri tidak ada campur tangan Tuhan. Sebagaimana yang diketahui bahwa Qorun sukses dibidang ekonomi dan Fir'aun sukses karirnya dibidang politik. Seberapa besar kesuksesan akan binasa karena kufur.
Dalam Buku 13 Wasiat Terlarang karya Ippho Santosa, syukur itu penting untuk perkembangan otak kanan manusia, rezeki dan kesuksesan. Bahkan disebutkan sebanyak 31x "Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban" yang berarti, "Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?"
Latihlah otot-otot agar terbiasa memfokuskan pikiran yang positif dan perasaan baik dalam hidup. Dengan demikian, endorfin (hormon yang membuat rasa senang dan bahagia) akan lancar dan menghasilkan energi didalam badan agar tetap produktif. Menurut Quraish Shihab, ada 3 cara bersyukur yaitu dengan hati, lidah dan perbuatan.
Bersedekah, Senang Memberi dan Berbagi
Secara khusus memberi dan berbagi dikategorikan dalam konteks sedekah. Berasal dari Bahasa Arab ash- shadaqah yang berarti pemberian yang diberikanolehseorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu.
Sedekah merupakan bentuk penghambaan, wujud ketakwaan dan keimanan. Siapa yang rela hartanya dibagi kepada orang lain dan jaminan belum tentu Kembali? Bagian ini adalah bab keimanan yang menjawabnya. Beriman pada janji Allah, maka didatangkan pintu-pintu rezeki yang terbuka dari mana saja.
Sebagaimana sedekah memberi banyak keutamaan bagi diri sendiri dan orang lain yaitu :
Melindungi dari bencana
Nihil rasanya manusia hidup tanpa masalah dan bencana. Jadi jika ada orang yang berkata "kita tidak bisa berhubungan dengan orang yang sudah banyak masalah". Kemungkinan sedang lupa bahwa fitrah manusia memang setiap detik, setiap saat ada saja segala kemungkinan terburuk yang terjadi.
Bedanya, sebelum masalah itu datang dan menimpa, sudah ada penolong yang menyelamatkan. Bukankah banyak peristiwa diluar nalar yang sering terjadi diluar sana? Misalnya seorang bayi yang selamat dari bencana, seorang yang selamat dari keburukan setelah bersedekah? Nalar tidak dapat menjangkau pastinya.