Kata rizq banyak disebut dalam bentuk kata benda sebanyak 54x atau 48%. Selanjutnya ada razaqa yang berasal dari fi'il mudari 35 kali atau 31,3%.
Dalam buku Ibnu Khaldun yang berjudul Muqaddimah, beliau menjelaskan konsep rezeki khusus mengenai aspek perekonomian masyarakat yang mengerucut pada "penghasilan", keuntungan "kebutuhan", penghidupan, hak milik, laba, dan akumulasi modal yang dikaitkan dengan peran khalifah di muka dalam mengelola segala sumber daya yang telah diberikan.
Berangkat dari pernyataan Ibnu Khaldun rezeki adalah manfaat atau pemanfaatan dari hasil usaha atau kerja manusia. Maka Departemen Agama secara resmi memberikan tafsir dalam satu pemahaman konteks yaitu "segala yang dapat diambil manfaatnya"
Secara rinci, Ibnu Khaldun memaparkan dan mempersempit klasifikasi rezeki sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan. Jika ada keuntungan atau hasil usaha yang tidak dimanfaatkan maka hal tersebut BUKAN REZEKI.
Jika Ibnu Khaldun menjelaskan tentang konteks rezeki pada kebermanfaatannya. Selaras dengan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dimana " Rezeki inilah yang diberikan kepada orang mukmin, kafir, shaleh, ahli maksiat, malaikat, jin, bahkan kepada hewan maupun tumbuhan". Rezeki pada konsep ini bersifat umum dengan segala aspek yang dibutuhkan, memudahkan cara setiap makhluk memperoleh berbagai jenis rezeki, serta mengaturnya untuk keberlangsungan kehiduppan.
Cara Menarik Magnet RezekiÂ
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa segala sesuatu di alam semesta ini adalah kesatuan. Unsur kesamaan semesta dengan diri manusia akan Tarik menarik (LoA) sesuai dengan sistem kontrol kendali diri. Beberapa cara untuk menarik muatan energi rezeki yaitu :
The Power of Syukur
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS Ibrahim: 7).
Rasa syukur dalam diri manusia itu seperti pasang surut gelombang air laut. Kadang naik, kadang turun. Sebentar ingat, banyak lupanya. Syukur merupakan wujud berterima kasih, tahu diri, tidak sombong dan selalu mengingat Zat Yang Menghidupkan.
Asal usul kata syukur berasal dari syakara--yasykuru--syukran--wa syukuran--wa syukranan yang berarti pujian atas segala kebaikan.
Jika saya ditanya, mau rezeki yang besar atau kecil? Lantang saya jawab "BESAR dan LANCAR". Cuma memang masalahnya terkadang rezeki yang kecil saja lupa disyukuri apalagi yang besar? Iya juga ya? Padahal kalau dipikir-pikir tanpa campur tangan nalar, bagaimana rezeki retjeh bisa mengundang retjeh lainnya lama-lama terakumulasi menjadi gunung? Kesannya kecil padahal kalau disyukuri ternyata dihitung-hitung, ditotal-total jumlahnya luar biasa besar.
Begini saja, selama pandemic COVID-19, ketika disana sini terjadi pemotongan gaji, kebutuhan pokok naik, anak daftar sekolah, beras di rumah habis. Faktanya masih bisa makan dan hidup sampai sekarang? Dari mana muasalnya bisa menyelesaikan problematika yang pelik?