Mohon tunggu...
SRI PATMI
SRI PATMI Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Program Studi Strategi Pertahanan - Dari Bumi ke Langit

Membumikan Aksara Dari Bahasa Jiwa. Takkan disebut hidup, jika tak pernah menghidupi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masih Muda Sudah Pikun! Apa Benar Gejala Demensia?

29 November 2021   21:18 Diperbarui: 29 November 2021   21:39 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar : woop.id

Pernah mencari-cari kacamata ternyata kacamatanya sedang dipakai? Atau mencari handphone padahal handphone sedang dipergunakan untuk menelpon. Sering mendengar ungkapan "masih muda sudah pikun" ? Benar enggak sih kalo kita ini, para generasi Milenial sudah pikun?

Demensia/pikun merupakan salah satu krisis kesehatan yang dihadapi pada abad 21. Terdiagnosa dalam 3 detik terjadi satu kasus demensia pada manusia di dunia. Demensia bukan merupakan proses penuaan normal. Penderita demensia mengalami penurunan fungsi otak, memori, emosi, kemampuan berbahasa, kemampuan berpikir abstrak dan Visuospasial.

Gejala-Gejala Demensia :

1. Sering Merasa Bingung dan Disorientasi

Penderita demensia akan sering merasakan kebingungan melakukan segala hal. Gejala disorientasi merujuk pada waktu dan tempat, misalnya Bingung sedang berada dimana, sampai dimana dan akan kemana. Gejala lebih parah, lupa jalan pulang dan tersesat. 

2. Rentan Mengalami Perubahan Suasana Hati dan Kepribadian

Emosi berubah secara drastis dan tidak stabil sehingga menyebabkan penderita demensia lebih mudah untuk curiga, stress, depresi, kecewa dan putus asa dalam segala urusan. Penderita demensia sering mengalami perubahan mood yang tidak menentu. 

3. Menarik Diri dari Lingkungan

Dimulai dari kondisi diri yang kurang bergairah sehingga semangat untuk melakukan aktivitas menurun apalagi semangat untuk bersosialisasi.  

4. Kehilangan Memori

Kecenderungan lupa dipengaruhi oleh fungsi memori untuk mengingat hal kecil dan hal penting. Hal ini dapat menimbulkan false memory atau ingatan palsu. Seperti menaruh benda disuatu tempat, jika tidak ada ditempat yang dimaksud, maka akan uring-uringan. 

5. Kesulitan Dengan Tugas-Tugas yang Biasa Dilakukan

Rutinitas adalah aktivitas yang dilakukan secara berulang. Ketika dilakukan terus menerus akan menciptakan pola dan sistem yang berjalan sebagaimana mestinya. Bagi penderita demensia, tugas yang biasa dilakukan terasa sulit dan tidak selesai dilakukan.

6. Kesulitan Memecahkan Masalah

Gangguan pada memori, emosi dan kemampuan abstrak ini menyebabkan masalah terlunta-lunta. Pengambilan keputusan membutuhkan banyak pertimbangan yang menyulitkan dan tidak adaptif. Solusi yang diberikan bersifat sementara dan jangka pendek. 

7. Labil Dalam Membuat Keputusan

Kemampuan memori yang menurun menyebabkan keputusan yang diambil kurang tepat dan terkesan plin plan. Keputusan lainnya kurang memperhitungkan segala sesuatu dengan nalar apalagi rasa.

8. Sering Lupa Menaruh Barang

Faktor ingatan yang menurun, terkadang membuat penderita demensia lupa meletakkan segala sesuatu. Bahkan sering menuduh orang lain mencuri/menyembunyikan barang tersebut.

9. Gangguan Komunikasi

Saat berbicara tiba-tiba berhenti dan hilang kata-kata yang akan terlontar. Tak heran jika ditengah percakapan, tiba-tiba berhenti dan butuh waktu untuk mengingat lagi. 

10. Kesulitan Memahami Visuospasial

Menurunnya kemampuan Visuospasial secara sederhana adalah kesulitan membaca, menentukan jarak, mengukur jarak. Tak jarang terkadang penderita demensia sulit membedakan warna, wajah diri dalam cermin, menabrak kaca, salah menuangkan air didalam gelas.

Umumnya gejala demensia melanda orang yang sudah lanjut usia (lansia) diatas 65 tahun. Bagaimana bila masih muda sudah pikun? demensia dini dapat terjadi dengan penyerta dan stimulus lain seperti : 

1. Otak overload/kelebihan beban karena semuanya dipikirkan, semua dikerjakan hingga otak kelebihan beban. 

2. Melawan ritme fisik dan psikologis serta melawan arus sistemik. Tubuh fisik dan tubuh batin memiliki kapasitas daya tampung. Itulah alasan mengapa tubuh butuh istirahat, mental perlu sehat. Biasakan untuk memberikan ruang bagi tubuh fisik dan batin untuk bahagia. Misalnya : tidur yang cukup, bijaksana menggunakan waktu. 

3. Memaksakan diri untuk melupakan sesuatu. Berusaha dengan keras memaksakan diri untuk lupa sesuatu, sehingga tersugesti dipikiran untuk lupa. Terlalu keras memperlakukan diri akibatnya memicu kata lupa tertanam dalam otak. 

4. Jarang Bahagia. Ingatlah kapan terakhir Anda Bahagia? Lalu apa hubungan lupa dengan bahagia? Jika bahagia, maka hormone endorphin baik. Hormon serotonin dan dopamin akan mengembalikan  sensasi yang menyenangkan, bersama dengan pembelajaran, memori, fungsi sistem motorik. 

5. Asupan makanan kurang bergizi. Konsumsilah vitamin E dan Choline. Vitamin E sangat baik untuk fungsi kerja otak. Choline terdapat dalam hati ayam, telur, kedelai untuk meningkatkan daya pikir. 

Pelupa bukan hanya soal usia, ternyata pikun juga disebabkan oleh faktor pemicu didalam diri. Menjaga kesehatan fisik dan batin adalah hal utama agar hidup lebih bahagia untuk menggapai puncak pencapaian. 

Bogor, 29 November 2021

Salam, 

Sri Patmi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun