Dengan lekas aku melangkah. Tiba-tiba Wonijai, adik Kaijai, muncul secepat kilat dan menghadang langkahku. Aku menatap tajam wajahnya yang pucat. Jantungku berdebar keras.
"Kaka tewas!" Â ucap Wonijai dengan bibir masih bergetar.
"Di mana?" tanyaku tak berdaya. Payung dan bunga anggrek lepas dari tanganku.Â
"Di kebun sawit!"
Lalu pandanganku gelap gulita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!