Mohon tunggu...
YR Passandre
YR Passandre Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

menulis membaca menikmati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Perempuan Dua Mawar

22 Oktober 2020   21:42 Diperbarui: 23 Oktober 2020   19:46 3408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by LOGAN WEAVER on Unsplash

Kau elus-elus Marigold kuning tua yang baru tadi pagi kau letakkan di antara pot-pot bunga itu. Orang-orang Meksiko menyebutnya "chempasuchil". Bunga kematian. Di sana mereka merayakannya sebagai "Dia de los Muertos". 

"Satu jam sebelum berangkat ke sini, aku sudah mendapat kabar tentang keberadaan Fatiha."

"Oh, ya! Dimana?" Aku menyusul meninggalkan kursi dan berdiri di sisi Mawar Sukma, perempuan yang setiap waktu namanya bergetar di hatiku. Meskipun Mawar Sukma belum juga memutuskan kapan kami akan merayakan pernikahan karena masih sibuk mengadvokasi petani-petani yang desanya diserang calo-calo tanah perusahaan tambang.  

"Karena itulah aku menangis. Airmataku tumpah karena aku sudah tidak tahan menyabari kebencian atas perlakuan mereka terhadap Fatiha!"

Mawar Fatiha adalah sahabat Mawar Sukma, yang tiba-tiba menghilang seusai demonstrasi kemarin siang. Seharian semalaman tak kunjung pulang. 

"Dimana Fatiha sekarang?" Ku ulangi pertanyaanku.


"Di kantor polisi. Mereka ternyata menangkapnya. Bahkan Fatiha belum bisa dijenguk siapapun sampai waktu yang mereka tentukan sendiri."

Aku terperangah. Aku pandangi Marigold yang masih dalam elusan Mawar Sukma. Negeri ini rasanya makin menyebalkan. Ribuan orang sudah ditangkap. Aku bahkan nyaris ditangkap dalam demonstrasi itu seandainya tidak berontak bahwa aku tidak layak ditangkap. 

Aku berkata bahwa aku hanya ingin menyuarakan hak-hak rakyat tanpa senjata. Bahwa aku bukan perusuh seperti yang mereka tuduh. 

"Saya bukan pemberontak! Saya hanya manusia culun yang mencoba berani mengambil inisiatif demonstrasi karena pintu-pintu nurani dan akal sehat ditutup rapat-rapat. Mereka itu pembohong yang lebih lembut dari belut!" Kataku setengah berteriak di depan orang-orang bersenjata berwajah beringas kala itu. 

Sekarang Mawar Fatiha yang mereka tangkap. Aku yakin penangkapan itu tindakan represif yang panik dan sembrono. Biasanya, di balik tindakan represif kaki tangan penguasa, pasti terdapat borok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun