Mohon tunggu...
Daniel Pasedan
Daniel Pasedan Mohon Tunggu... Guru - Berkeluarga, dua anak

Iklas, Jujur, Sederhana, Rajin, Peduli, Suka Berbagi, Cerdas, Berani, Tahu Diri, ... adalah Pondasi Pemimpin yang Dirindukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penulis Temannya Ribuan, Tulisannya Terbaca Puluhan

21 Oktober 2011   03:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:41 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seminggu tidak bercinta dengan kompasiana, membuat otakku usil, usil gerayangan di lapak kompasianer mencari dan mencari sesuatu yang berbeda yang mungkin perlu dielus-elus.

Salah satu hal menggelitik ketika mata tertuju pada kompasianer yang memiliki daftar teman ribuan namun tulisan-tulisannya terbaca puluhan saja.

Sangat kontras dengan kompasianer yang daftar temannya ratus namun jumlah pembaca tulisan-tulisannya ribuan.

Hal ini tidak bermaksud untuk berusaha mematahkan semangat untuk menulis, sekali lagi tidak karena bagi saya pribadi tulisan dengan pembaca satu saja merupakan sebuah apresiasi yang tiada kira.

Terlepas dari berbagai motivasi seseorang untuk menulis, saya meyakini bahwasanya tulisan lahir untuk dibaca. Suatu tulisan tidak lahir begitu saja, butuh segala sesuatu yang tulisan perlukan sehingga menjadi sebuah tulisan. Harga sebuah tulisan cukup mahal jika menyimak proses lahirnya tulisan. Dalam kerangka penghargaan atas tulisan, maka penulis wajib melakukan penelitian terhadap tulisannya.

Dengan kenyataan tingkat keterbacaan yang tidak sebanding dengan koleksi teman maka selayaknya muncul berbagai pertanyaan mengapa teman enggan mengklik tulisan saya? mengapa pembaca enggan memberikan komentar? mengapa mereka enggan mengkritik? adakah mereka tidak senang dengan komentar-komentar saya terhadap tulisan mereka? Oleh karena tulsan adalah ekspresi jiwa, maka seharusnya berbagai pertanyaan, adakah yang tidak beres dengan kejiwaan saya? adakah bumbu yang saya gunakan membuat pembaca mual-muntah?

Buat saya, tulisan adalah lagu. Ada jutaan lagu yang telah tercipta, namun mengapa hanya lagu tertentu saja yang kerap spontan keluar dinyanyikan orang-orang?

Oleh karena tulisan dibaca oleh manusia yang "katanya" cetak birunya sama, maka saya menduga bahwa selayaknya tulisan sangat perlu menyentuh "cetak biru". Tulisan selayaknya menyentuh rasa, menyentuh pikiran, menyentuh keinginan, menyentuh keyakinan pembaca.

Tulisan rasanya kurang lengkap tanpa pembaca, dengan begitu perlu proses kontinyu memupuk tulisan dengan berbagai kandungan rasa didalamnya yang mampu memikat pembaca.

Teruslah menulis, teruslah belajar, teruslah memupuk tulisan, sentuhlah "cetak biru".

daniel pasedan sedang menulis,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun